BREAKING NEWS
Selasa, 30 September 2025

Soekarno di Tengah Krisis G30S 1965: Dari Wisma Yaso ke Istana Bogor untuk Selamatkan Diri

Suci - Selasa, 30 September 2025 14:47 WIB
Soekarno di Tengah Krisis G30S 1965: Dari Wisma Yaso ke Istana Bogor untuk Selamatkan Diri
Bung Karno diapit dua jenderal Angkatan Darat, AH Nasution (kiri) dan Soeharto. Ketiganya tertawa lebar saat bertemu di Istana Merdeka, Jakarta, tahun 1966 (foto : kompas)
Berita Terkini, Eksklusif di Saluran WhatsApp bitvonline.com
+ Gabung

JAKARTA – Malam 30 September 1965 menjadi salah satu malam paling genting dalam sejarah Indonesia. Saat peristiwa Gerakan 30 September (G30S) terjadi, enam jenderal dan satu perwira TNI Angkatan Darat diculik dan dibunuh.

Namun, Presiden Soekarno tidak berada di Istana Merdeka saat itu.

Baca Juga:
Menurut ajudannya, Kolonel Bambang Widjanarko, sekitar pukul 23.00 WIB, Soekarno masih memberikan arahan untuk agenda keesokan hari, termasuk rencana bertemu Wakil Perdana Menteri Leimena dan Jenderal Ahmad Yani. Namun keesokan paginya, Soekarno tidak ditemukan di istana.

Malam itu, Soekarno berada di Wisma Yaso, kediaman Ratna Sari Dewi, di Jalan Gatot Subroto. Pagi harinya, 1 Oktober 1965, Presiden meninggalkan Wisma Yaso menuju Istana Merdeka, namun di tengah perjalanan, ia beralih ke rumah Haryati di kawasan Slipi, Jakarta Barat, setelah mendengar kabar bahwa Istana Merdeka dikepung pasukan bersenjata tidak dikenal.Dari Slipi, Soekarno mendapat saran untuk menuju Pangkalan Udara Halim Perdanakusuma, Jakarta Timur. Ia tiba sekitar pukul 09.00 WIB dan ditempatkan sementara di rumah seorang perwira tinggi dengan pengawalan Panglima Angkatan Udara, Omar Dhani. Selama di Halim, Soekarno menerima laporan situasi darurat dari para panglima TNI dan mendengarkan pengumuman Letkol Untung mengenai berdirinya Dewan Revolusi.

Situasi yang semakin tidak kondusif membuat pasukan Cakrabirawa memindahkan Soekarno ke Istana Bogor untuk keamanan. Beberapa bulan kemudian, pada 11 Maret 1966, Soekarno menandatangani Surat Perintah Sebelas Maret (Supersemar), memberikan mandat kepada Jenderal Soeharto untuk mengambil langkah mengatasi krisis.Langkah-langkah Bung Karno dari Wisma Yaso ke Slipi, lalu Halim, hingga Istana Bogor, mencerminkan betapa rapuhnya situasi politik saat itu dan menjadi bagian dari drama besar yang menandai berakhirnya era kepemimpinan Soekarno sekaligus membuka jalan bagi kepemimpinan Soeharto.*

(j006)

Editor
: Redaksi
0 komentar
Tags
beritaTerkait
komentar
Masuk untuk memberikan atau membalas komentar.
beritaTerbaru