BREAKING NEWS
Senin, 03 November 2025

Purbaya Sepakat dengan Jokowi: Proyek Whoosh Fokus pada Pembangunan, Bukan Keuntungan

Adelia Syafitri - Selasa, 28 Oktober 2025 21:00 WIB
Purbaya Sepakat dengan Jokowi: Proyek Whoosh Fokus pada Pembangunan, Bukan Keuntungan
Menteri Keuangan Purbaya Yudhi Sadewa. (foto: purbayayudhis/tt)
Berita Terkini, Eksklusif di Saluran WhatsApp bitvonline.com
+ Gabung

JAKARTA – Menteri Keuangan Purbaya Yudhi Sadewa mengakui bahwa proyek Kereta Cepat Jakarta–Bandung (KCJB) atau Whoosh memang tidak dirancang untuk mencari keuntungan finansial.

Sebagaimana pernyataan sebelumnya dari Presiden ke-7 Joko Widodo (Jokowi), proyek ini lebih mengutamakan misi pembangunan jangka panjang, bukan sekadar laba finansial.

Dalam acara Sarasehan 100 Ekonom Indonesia pada Selasa (28/10/2025), Purbaya menegaskan bahwa proyek ini memiliki tujuan yang lebih besar, yakni untuk mendorong pembangunan ekonomi regional dan mengatasi kemacetan parah yang telah berlangsung selama puluhan tahun di wilayah Jabodetabek dan Bandung.

Baca Juga:

Purbaya mengungkapkan bahwa meski proyek Whoosh tidak berorientasi pada keuntungan finansial, pembangunan kawasan sekitar jalur kereta cepat ini belum sepenuhnya mendatangkan dampak ekonomi yang maksimal.

Dia menekankan pentingnya pengembangan area sekitar stasiun dan jalur kereta cepat untuk mendorong pertumbuhan ekonomi yang lebih merata.

"Yang regionalnya belum dikembangkan mungkin di sekitar pemberhentian jalur Whoosh, supaya ekonomi dasar itu tumbuh. Itu yang mesti dikembangkan ke depan," kata Purbaya.

Pernyataan ini merujuk pada harapan agar proyek infrastruktur besar ini dapat menciptakan pusat-pusat ekonomi baru di sepanjang jalur kereta cepat, memberikan peluang usaha dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat setempat.

Sebelumnya, Jokowi juga memberikan penjelasan tentang tujuan pembangunan proyek Kereta Cepat Jakarta–Bandung.

Jokowi mengungkapkan bahwa proyek tersebut dilatarbelakangi oleh dampak kerugian ekonomi akibat kemacetan parah di kawasan Jabodetabek dan Bandung yang menghabiskan biaya hingga lebih dari Rp100 triliun per tahun.

"Dari kemacetan itu negara rugi besar. Di Jakarta sekitar Rp65 triliun per tahun, dan jika ditambah Jabodetabek serta Bandung bisa lebih dari Rp100 triliun," kata Jokowi saat ditemui di Solo pada Minggu (26/10/2025).

Presiden juga menekankan bahwa proyek ini lebih dari sekadar bisnis.

"Transportasi massal seperti Whoosh bertujuan mengurangi kemacetan, mengurangi emisi, dan meningkatkan produktivitas. Ini adalah layanan publik, bukan untuk mencari keuntungan finansial," ungkapnya.

Jokowi menyontohkan MRT Jakarta sebagai contoh transportasi massal yang juga membutuhkan subsidi.

Pemprov DKI Jakarta, ujar Jokowi, mengalokasikan sekitar Rp400 miliar per tahun untuk subsidi MRT, dan jumlah tersebut bisa mencapai Rp4,5 triliun jika seluruh jalur MRT selesai.

Meski demikian, dia menambahkan bahwa transportasi massal yang berbasis layanan publik seperti MRT dan Whoosh membawa manfaat sosial yang jauh lebih besar daripada sekadar laba finansial.

Sebagai contoh, MRT Jakarta telah mengangkut 171 juta penumpang, sementara Whoosh sudah melayani lebih dari 12 juta penumpang.

Pernyataan terkait dengan tujuan sosial dan ekonomi proyek Kereta Cepat Jakarta–Bandung ini muncul di tengah polemik yang melibatkan dugaan penggelembungan anggaran pada proyek Whoosh.

Mantan Menko Polhukam Mahfud MD sebelumnya mengungkapkan bahwa biaya per kilometer pembangunan Whoosh di Indonesia mencapai 52 juta dolar AS, sementara biaya yang sama di China hanya sekitar 17–18 juta dolar AS.

Mahfud MD meminta agar perbedaan biaya tersebut diselidiki untuk memastikan apakah ada pihak-pihak yang sengaja menaikkan harga dan kemana aliran dana tersebut.

Meski demikian, Purbaya Yudhi Sadewa tidak menjelaskan lebih lanjut mengenai isu tersebut, dan saat ini penyelidikan terkait hal itu masih berlangsung.

Purbaya menegaskan bahwa meskipun ada tantangan dan kendala dalam proyek Whoosh, pemerintah tetap fokus pada pembangunan transportasi massal di Indonesia untuk mengatasi masalah kemacetan, mengurangi polusi, dan mendorong pertumbuhan ekonomi.

"Transportasi massal adalah investasi jangka panjang untuk masa depan. Dampaknya bukan hanya mengurangi kemacetan, tetapi juga menciptakan peluang ekonomi baru bagi masyarakat di sepanjang jalur kereta cepat," tutup Purbaya.

Pembangunan kereta cepat Jakarta–Bandung diharapkan dapat menjadi cikal bakal sistem transportasi massal yang efisien dan berkelanjutan, serta mendukung perkembangan ekonomi yang lebih merata di Indonesia.*


(vo/a008)

Editor
: Raman Krisna
0 komentar
Tags
beritaTerkait
Bantuan Sosial ke Depan Hanya Akan Diberikan untuk Lansia dan Difabel
BRI Semarapura Gelar Upacara Peringatan Sumpah Pemuda ke-97, Serukan Semangat Bersatu untuk Bangsa
Sumut Akan Serahkan 10 Unit Solar Dryer Dome untuk Stabilkan Harga Cabai Petani
BTN Luncurkan Tabungan HKBP, Dana Jemaat Bisa Salurkan Berkah untuk Gereja
Dialog Kadin dan Apindo dengan Gubernur Sumut, UMP Bisa Naik 8%?
BRI Padangsidimpuan Kobarkan Semangat Sumpah Pemuda: Insan BRILian Didorong Jadi Lokomotif Inovasi
komentar
Masuk untuk memberikan atau membalas komentar.
beritaTerbaru