Ia mengatakan banyak kampung dan kecamatan hilang tersapu arus deras. "
Banyak kampung dan kecamatan tinggal nama sekarang. Mereka sudah banyak korban," kata Mualem.
Dari seluruh daerah terdampak, Aceh Tamiang disebut sebagai lokasi dengan kerusakan paling ekstrem.
"Aceh Tamiang hancur habis, atas sampai bawah, sampai jalan, sampai ke laut habis semuanya. Yang paling terpuruk adalah Aceh Tamiang," ucapnya.
Mualem mengaku "weuh hate"—sangat sedih—melihat situasi di lapangan.
Ia menilai penanganan harus dilakukan cepat dan terkoordinasi mengingat risiko kelaparan, penyakit, hingga bertambahnya korban jiwa semakin tinggi setiap hari.
Ia menegaskan bahwa meski bencana adalah musibah, penyelamatan warga harus menjadi prioritas mutlak.
"Tapi apa boleh buat, itu bencana alam. Setiap bencana ada hikmahnya," katanya.*