ACEH – Gubernur Aceh, Muzakir Manaf atau Mualem, menyampaikan kekhawatirannya atas kondisi warga terdampak banjir besar yang melanda sejumlah kabupaten di Aceh.
Ia menilai bencana kali ini meninggalkan dampak kemanusiaan yang jauh lebih serius dibanding laporan awal, terutama bagi warga yang hingga kini terisolir.
"Kondisi pengungsi sangat membimbangkan. Mereka mati bukan karena banjir, tapi mati karena kelaparan. Itu saja," kata Mualem saat ditemui wartawan, Sabtu, 6 Desember 2025.
Mualem menyebut Aceh Tamiang, Aceh Timur, Aceh Utara, dan sebagian Bireuen sebagai wilayah yang mengalami kerusakan terberat.
Di daerah pedalaman, banyak warga belum tersentuh bantuan karena akses jalan putus total.
"Masyarakat sangat membutuhkan sembako, terutama di pedalaman yang belum terjamah," ujar Ketua Umum Partai Aceh itu.
Penyaluran bantuan, menurutnya, hanya dapat dilakukan menggunakan perahu karet.
Ia meminta seluruh unsur pemerintahan hingga kepala desa lebih proaktif agar bantuan tidak tertahan di pos-pos distribusi.
Selain logistik, fasilitas umum seperti jembatan, sekolah, hingga pusat layanan kesehatan banyak mengalami kerusakan.
Sejumlah lokasi bahkan tidak lagi memiliki akses listrik dan air bersih.
Usai meninjau wilayah timur dan tengah Aceh, Mualem menyamakan skala kerusakan dengan tragedi tsunami 2004 yang melanda Aceh 21 tahun lalu.
"Saya pribadi melihat banjir dan longsor ini adalah tsunami kedua," ujarnya.
Ia mengatakan banyak kampung dan kecamatan hilang tersapu arus deras. "
Banyak kampung dan kecamatan tinggal nama sekarang. Mereka sudah banyak korban," kata Mualem.
Dari seluruh daerah terdampak, Aceh Tamiang disebut sebagai lokasi dengan kerusakan paling ekstrem.
"Aceh Tamiang hancur habis, atas sampai bawah, sampai jalan, sampai ke laut habis semuanya. Yang paling terpuruk adalah Aceh Tamiang," ucapnya.
Mualem mengaku "weuh hate"—sangat sedih—melihat situasi di lapangan.
Ia menilai penanganan harus dilakukan cepat dan terkoordinasi mengingat risiko kelaparan, penyakit, hingga bertambahnya korban jiwa semakin tinggi setiap hari.
Ia menegaskan bahwa meski bencana adalah musibah, penyelamatan warga harus menjadi prioritas mutlak.
"Tapi apa boleh buat, itu bencana alam. Setiap bencana ada hikmahnya," katanya.*