BREAKING NEWS
Selasa, 12 Agustus 2025

Rupiah Terpuruk ke Level Terendah Sejak Krismon, Apa Penyebabnya?

Adelia Syafitri - Rabu, 26 Maret 2025 07:24 WIB
Rupiah Terpuruk ke Level Terendah Sejak Krismon, Apa Penyebabnya?
Ilustrasi.
Berita Terkini, Eksklusif di Saluran WhatsApp bitvonline.com
+ Gabung

JAKARTA -Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) terperosok hingga mencapai Rp16.611 pada penutupan perdagangan Selasa (25/3), mencatatkan posisi terendah sejak krisis moneter 1998, yang sempat menembus Rp16.800 per dolar AS.

Bahkan, sepanjang hari itu, rupiah sempat menyentuh level Rp16.635 pada pukul 10.00 WIB.

Baca Juga:

Kondisi tersebut terjadi setelah Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) juga mengalami penurunan tajam hampir 7 persen, hingga perdagangan dihentikan sementara.

Anjloknya nilai tukar rupiah ini mencatatkan angka yang bahkan lebih rendah dibandingkan dengan periode pandemi COVID-19, ketika rupiah hanya merosot ke Rp16.550 per dolar AS.

Baca Juga:

Menurut analis mata uang dari Doo Financial Futures, Lukman Leong, terdapat beberapa faktor yang menyebabkan pelemahan rupiah.

Dari luar negeri, data perekonomian AS yang lebih baik dari perkiraan, seperti PMI Jasa yang melonjak, menyebabkan peningkatan permintaan dolar AS menjelang libur panjang.

Sementara itu, pidato anggota FOMC Bostic yang hawkish juga turut memperburuk kondisi.

"Sentimen dari luar negeri memang memberi tekanan pada rupiah, namun Indonesia lebih tertekan karena situasi dalam negeri yang tidak stabil, terutama terkait kinerja fiskal yang mengecewakan," jelas Lukman.

Laporan terbaru dari Kementerian Keuangan menunjukkan bahwa defisit APBN hingga Februari 2025 telah mencapai Rp31,2 triliun, akibat pendapatan negara yang belum mencapai target, sementara belanja negara terus meningkat.

Ketidakseimbangan ini turut memberi tekanan terhadap stabilitas mata uang.

Di sisi lain, Ariston Tjendra, Presiden Direktur PT Doo Financial Futures, menyebutkan ada tiga faktor utama yang memperburuk kondisi rupiah: kekhawatiran tentang perang dagang, konflik global yang belum menunjukkan tanda-tanda mereda, dan ketidakpastian kondisi perekonomian domestik.

Dampak Pelemahan Rupiah: Keuntungan dan Kerugian

Pelemahan rupiah berpotensi menguntungkan eksportir karena mereka bisa mendapatkan keuntungan lebih besar meskipun volume ekspor tetap.

Selain itu, investor asing juga dapat membeli aset-aset di Indonesia dengan harga lebih murah karena mata uang rupiah yang terdepresiasi.

Namun, di sisi lain, dampak negatif jelas terasa.

Harga barang impor semakin mahal, yang dapat memperburuk inflasi, terutama untuk barang yang bergantung pada bahan baku impor.

Pembayaran utang luar negeri yang berbasis dolar AS juga menjadi lebih mahal.

Solusi Mengatasi Tekanan Rupiah

Para analis sepakat bahwa langkah yang dapat diambil adalah intervensi dari Bank Indonesia (BI) untuk menstabilkan nilai tukar rupiah.

Pemerintah juga diminta untuk lebih berhati-hati dalam mengelola anggaran agar defisit APBN tidak semakin lebar.

"Intervensi BI dan kebijakan fiskal yang hati-hati adalah langkah yang perlu diambil untuk meredam tekanan lebih lanjut pada rupiah," kata Lukman.

(cn/a)

Editor
: Adelia Syafitri
Tags
beritaTerkait
Akumindo: Pertumbuhan Ekonomi 5,12 Persen Didongkrak Kebutuhan Primer dan Jumlah Penduduk
Ricky Perdana Gozali Resmi Jabat Deputi Gubernur Bank Indonesia 2025–2030
Harga Beras Premium dan Medium Melonjak Tinggi, Bawang Merah Ikut Naik di Pasar Konsumen
Rupiah Melemah Tipis ke Rp16.292, Tekanan Global Masih Bayangi
Profil Prajogo Pangestu, Pengusaha Indonesia dengan Kekayaan Fantastis di ASEAN
Bank Indonesia Catat Aliran Modal Asing Masuk Rp9,24 Triliun pada Awal Agustus 2025
komentar
beritaTerbaru