BREAKING NEWS
Senin, 03 November 2025

Rupiah Tak Berdaya Hadapi Dolar AS, HFX Soroti Faktor Eksternal dan Intervensi BI

Adelia Syafitri - Jumat, 31 Oktober 2025 10:43 WIB
Rupiah Tak Berdaya Hadapi Dolar AS, HFX Soroti Faktor Eksternal dan Intervensi BI
Petugas menjunjukkan uang pecahan dolar AS dan rupiah di Dolarindo Money Changer, Jakarta, Selasa (8/4/2025). (Foto: CNBC Indonesia/Faisal Rahman)
Berita Terkini, Eksklusif di Saluran WhatsApp bitvonline.com
+ Gabung

JAKARTA — Nilai tukar Rupiah kembali melemah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) pada penutupan perdagangan Kamis, 30 Oktober 2025.

kurs Rupiah spot ditutup turun 0,11 persen ke posisi Rp16.636 per dolar AS, sementara kurs Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) Bank Indonesia (BI) melemah tipis 0,05 persen ke Rp16.640 per dolar AS.

Presiden Komisaris HFX Internasional Berjangka, Sutopo Widodo, menyebut pergerakan Rupiah pada perdagangan Jumat, 31 Oktober, akan sangat ditentukan oleh hasil penutupan sesi pasar AS dan sentimen pada pembukaan pasar Asia.

Baca Juga:

"Mengingat tren pelemahan jangka panjang Rupiah sebesar 5,75 persen dalam 12 bulan terakhir, momentum penguatan Dolar AS yang terjadi belakangan ini berpotensi berlanjut dan mendorong nilai tukar Rupiah kembali menguji level resistensi di atas Rp16.650," ujar Sutopo kepada VOI, Jumat (31/10).

Meski demikian, Sutopo menilai bahwa penguatan tipis Rupiah secara bulanan sebesar 0,14 persen menunjukkan pasar masih berada dalam fase konsolidasi yang rapuh.

"Jika tidak ada kejutan dari data ekonomi AS, volatilitas diperkirakan tetap tinggi, dengan Rupiah berjuang untuk bertahan di bawah level psikologis Rp16.700," jelasnya.

Lebih lanjut, Sutopo menekankan bahwa kebijakan moneter Federal Reserve (The Fed) dan data ekonomi Amerika Serikat akan menjadi faktor utama yang menentukan arah pergerakan Rupiah ke depan.

Investor, kata dia, akan mencermati hasil akhir pertemuan The Fed serta potensi munculnya komentar bernada hawkish dari para pejabat bank sentral AS.

"Jika peluang kenaikan suku bunga masih terbuka, Dolar AS berpotensi menguat lebih lanjut," tambahnya.

Selain itu, pergerakan imbal hasil (yield) obligasi pemerintah AS tenor 10 tahun juga perlu diperhatikan. Kenaikan yield, kata Sutopo, akan meningkatkan daya tarik Dolar AS dan menekan posisi Rupiah di pasar keuangan.

Dari sisi domestik, intervensi dan komunikasi Bank Indonesia (BI) serta arus dana asing ke pasar obligasi dan saham nasional akan menjadi faktor penting yang dapat menentukan arah nilai tukar Rupiah dalam jangka pendek.

"Kebijakan BI dalam menjaga stabilitas Rupiah dan kepercayaan pasar tetap menjadi kunci, terutama di tengah dinamika global yang masih tinggi," tutup Sutopo.*

Editor
: Mutiara
0 komentar
Tags
beritaTerkait
komentar
Masuk untuk memberikan atau membalas komentar.
beritaTerbaru