
Mengepel Lantai Sudah Benar Tapi Masih Kotor? Ini Kesalahan Umum yang Sering Terjadi
JAKARTA Meski rutin mengepel, lantai rumah sering kali tetap terasa kotor, lengket, atau penuh debu keesokan harinya. Ternyata, kesalahan
Sains & TeknologiJAKARTA -Mengunyah permen karet mungkin terdengar seperti kebiasaan ringan, namun siapa sangka di balik teksturnya yang kenyal dan rasanya yang manis, ternyata permen karet bisa menjadi sumber mikroplastik yang berbahaya bagi kesehatan.
Informasi mengejutkan ini dibagikan oleh dr. Gerry Adrian Wiryanto melalui akun Instagram pribadinya. Ia mengingatkan bahwa konsumsi permen karet, khususnya yang berbahan dasar sintesis, bisa menyebabkan masuknya mikroplastik ke dalam tubuh manusia melalui air liur.
Permen karet sintetis umumnya terbuat dari poliisobutilena, sejenis plastik yang juga digunakan dalam produksi ban kendaraan. Sementara jenis permen karet alami dibuat dari getah chicle, yakni getah dari pohon sawo. Meski terdengar lebih aman, penelitian menunjukkan keduanya tetap berpotensi melepaskan mikroplastik saat dikunyah.
Baca Juga:
Penelitian yang dipresentasikan pada ajang ACS Spring 2025 oleh Prof. Sanjay Mohanty dari University of California dan mahasiswanya, Lisa Lowe, mengungkap bahwa satu gram permen karet dapat melepaskan antara 100 hingga 600 partikel mikroplastik. Artinya, satu permen karet bisa mengandung hingga 3.000 mikroplastik yang masuk ke tubuh.
Para peneliti menguji sepuluh jenis permen karet – lima alami dan lima sintetis – dengan metode pengunyahan selama empat menit oleh satu peserta. Setiap 30 detik, air liur dikumpulkan dan dianalisis menggunakan spektroskopi inframerah transformasi Fourier (FTIR). Hasilnya menunjukkan bahwa 94% mikroplastik terlepas dalam delapan menit pertama proses mengunyah.
Baca Juga:
Mikroplastik diketahui dapat memicu gangguan hormon, inflamasi kronis, dan meningkatkan risiko penyakit serius seperti hipertensi, diabetes, stroke, serangan jantung, hingga gagal ginjal. Terlebih lagi, penelitian ini hanya mampu mendeteksi mikroplastik berukuran di atas 20 mikrometer, sehingga partikel yang lebih kecil dan mungkin lebih berbahaya tidak terdeteksi.
Melihat potensi bahaya tersebut, dr. Gerry menyarankan agar masyarakat mulai mengurangi konsumsi permen karet, khususnya jenis sintetis. "Lebih baik mengunyah lebih lama satu permen daripada terus-menerus mengganti permen karet baru," katanya.
Penelitian ini memperkuat urgensi akan pentingnya kesadaran masyarakat terhadap konsumsi harian yang tampaknya sepele namun bisa berdampak besar bagi kesehatan.*
(oz/j006)
JAKARTA Meski rutin mengepel, lantai rumah sering kali tetap terasa kotor, lengket, atau penuh debu keesokan harinya. Ternyata, kesalahan
Sains & TeknologiBALI Ketua Umum PDI Perjuangan, Megawati Soekarnoputri, secara resmi menutup Kongres ke6 PDIP yang berlangsung di Bali Nusa Dua Conventio
PolitikTEBING TINGGI Seorang residivis kasus narkotika berinisial S (42), warga Kelurahan Mekar Sentosa, kembali harus berurusan dengan hukum. Ia
Hukum dan KriminalJAKARTA Wakil Presiden Republik Indonesia Gibran Rakabuming Raka menyatakan dukungannya atas langkah Presiden Prabowo Subianto yang memberi
NasionalBANDUNG Persib Bandung sukses meraih kemenangan tipis 10 atas tim asal Australia, Western Sydney Wanderers, dalam laga persahabatan yang
OlahragaJAKARTA Menjelang peringatan Hari Ulang Tahun (HUT) ke80 Kemerdekaan Republik Indonesia, nuansa merah putih kembali mewarnai jalanan Ibu
NasionalBALI Ketua Umum PDI Perjuangan, Megawati Soekarnoputri, melontarkan teguran keras kepada pengurus PDIP Jawa Tengah saat menyampaikan pidat
PolitikKARO Ribuan pengunjung memadati area Taman MejuahJuah (Open Stage) Berastagi, Kabupaten Karo, di malam terakhir Festival Bunga dan Buah (
Seni dan BudayaJAKARTA Banyak orang mengira bahwa sensasi kulit terasa kencang atau seperti tertarik setelah mencuci wajah adalah tanda bahwa wajah telah
KesehatanBANDUNG Laga uji coba internasional antara Persib Bandung melawan Western Sydney Wanderers FC berakhir imbang tanpa gol di babak pertama.
Olahraga