JAKARTA -Kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) non subsidi Pertamina, seperti Pertamax series, tampaknya menjadi isu yang semakin hangat menjelang Agustus 2024. Menurut peneliti senior Institute for Development of Economics and Finance (Indef), Tauhid Ahmad, faktor-faktor utama yang memengaruhi kemungkinan kenaikan harga ini melibatkan tekanan dari harga minyak dunia dan fluktuasi nilai tukar rupiah terhadap dolar AS.
Sejak awal tahun, Pertamina telah menahan kenaikan harga Pertamax series meskipun terjadi lonjakan harga minyak global akibat ketegangan di Timur Tengah. Di sisi lain, beberapa SPBU swasta sudah beberapa kali melakukan penyesuaian harga BBM mereka. “Pertamina telah lama menahan harga Pertamax series meski tekanan dari harga minyak dunia sangat tinggi. Sementara itu, SPBU swasta sudah beberapa kali menaikkan harga BBM,” ungkap Tauhid dalam wawancara di Jakarta, Minggu (28/7/2024).
Tauhid menjelaskan bahwa kurs rupiah yang saat ini berada pada kisaran Rp16.000 per dolar AS juga turut berperan dalam tekanan terhadap harga BBM. “Kurs sudah bergerak sekitar 5%, jadi memang Pertamina layak untuk mempertimbangkan kenaikan harga BBM non-subsidi. Yang penting, kenaikan tersebut tidak memberatkan masyarakat,” katanya.
Komposisi harga BBM, menurut Tauhid, sangat dipengaruhi oleh harga Indonesian Crude Price (ICP) yang merupakan bahan baku utama. Jika ICP dan nilai tukar mengalami kenaikan bersamaan, penyesuaian harga BBM menjadi lebih cepat. “Kalau keduanya bergerak naik, maka penyesuaian harga BBM akan dipercepat. Ini karena ICP adalah komponen dominan dalam penetapan harga BBM,” tambahnya.
Ketua Komisi VII DPR RI, Sugeng Suparwoto, juga mengonfirmasi bahwa harga BBM non-subsidi seperti Pertamax cs memang mengikuti pergerakan harga pasar. “Perusahaan dapat menyesuaikan harga BBM secara fleksibel berdasarkan pergerakan harga pasar. Harga BBM yang disalurkan Pertamina memang tidak mengalami perubahan sejak Februari 2024 meskipun harga minyak dunia naik,” katanya.
Sebagai perbandingan, harga Pertamax series saat ini jauh lebih rendah dibandingkan dengan produk BBM dari SPBU swasta. Pada Juli 2024, Pertamina menjual Pertamax (RON 92) seharga Rp12.950 per liter. Sebagai perbandingan, Super Shell dijual seharga Rp13.810 per liter, Revvo 92 dari Vivo Rp13.600 per liter, dan BP 92 Rp13.450 per liter. Untuk Pertamax Green (RON 95), harga jualnya adalah Rp13.900 per liter, sedangkan Shell V Power dan BP Ultimate masing-masing dijual Rp14.700 per liter dan Rp14.500 per liter. Sementara itu, Pertamax Turbo (RON 98) dijual Rp14.400 per liter, jauh lebih murah dibandingkan dengan V Power Nitro dari Shell yang dijual Rp14.930 per liter.
Dengan berbagai faktor yang memengaruhi harga BBM, baik internasional maupun domestik, konsumen diharapkan dapat memahami dinamika yang terjadi di pasar BBM dan dampaknya terhadap harga jual di pom bensin.
(N/014)
Harga BBM Non Subsidi Pertamina Diperkirakan Naik Pada Agustus 2024: Apa Penyebabnya?