BREAKING NEWS
Sabtu, 27 September 2025

Hari Puisi Nasional 2025: Mengenang Chairil Anwar, Penyair Ikonik yang Merevolusi Sastra Indonesia

Justin Nova - Senin, 28 April 2025 13:42 WIB
Hari Puisi Nasional 2025: Mengenang Chairil Anwar, Penyair Ikonik yang Merevolusi Sastra Indonesia
Chairil Anwar.
Berita Terkini, Eksklusif di Saluran WhatsApp bitvonline.com
+ Gabung

JAKARTA - Setiap 28 April, Indonesia memperingati Hari Puisi Nasional untuk menghormati sosok Chairil Anwar, penyair yang memberikan warna baru dalam dunia puisi Indonesia.

Tanggal ini bertepatan dengan wafatnya Chairil Anwar pada 1949, yang telah menorehkan jejak yang mendalam dalam sejarah sastra tanah air.

Pada tahun 2025, perayaan Hari Puisi Nasional menjadi momen yang penting untuk mengenang kembali perjalanan Chairil, sekaligus untuk menghidupkan semangat apresiasi terhadap kekayaan tradisi sastra Indonesia.

Chairil Anwar tidak hanya dikenal sebagai penyair, tetapi juga sebagai pelopor puisi modern Indonesia yang turut menginspirasi generasi berikutnya.

Profil Chairil Anwar

Lahir pada 26 Juli 1922, Chairil Anwar adalah salah satu tokoh terbesar dalam sejarah sastra Indonesia. Melalui gaya bahasa yang lugas dan tajam, serta tema-tema eksistensial yang mendalam, Chairil berhasil memodernisasi puisi Indonesia pada masa Gerakan Angkatan 45.

Karya-karyanya sering kali mengangkat tema kemerdekaan, perjuangan, dan nasionalisme, sekaligus membuka ruang untuk inovasi dalam ekspresi sastra Indonesia.

Masa kecil Chairil dihabiskan di Medan, sebelum ia melanjutkan pendidikan di Neutrale Hollands Inlandsche School (HIS) pada masa kolonial Belanda dan Meer Uitgebreid Lager Onderwijs (MULO), meski tidak tamat.

Chairil kemudian pindah ke Jakarta dan menempuh pendidikan otodidak, belajar bahasa Belanda, Inggris, dan Jerman untuk bisa membaca karya-karya sastra dunia.

Sebagai seorang penyair, Chairil Anwar mengandalkan karya tulisnya untuk hidup. Ia juga bekerja sebagai redaktur di majalah-majalah terkemuka, seperti Gema Suasana dan Siasat, serta mengelola rubrik kebudayaan Gelanggang.

Beberapa proyek majalah seperti Air Pasang dan Arena yang ia rencanakan juga tidak sempat terwujud karena ajal menjemputnya lebih cepat.

Karya-Karya Chairil Anwar

Karier sastra Chairil Anwar dimulai pada 1942 dengan puisi pertamanya yang berjudul Nisan. Hingga ia wafat pada 1949, Chairil telah menghasilkan 71 puisi orisinal, dua puisi saduran, 10 terjemahan, serta sejumlah karya prosa.

Karya-karya Chairil, seperti Deru Campur Debu (1949) dan Aku Ini Binatang Jalang (1986), kini menjadi karya sastra ikonik yang terus dikenang oleh pecinta sastra di seluruh Indonesia.

Chairil juga menerjemahkan banyak puisi penyair dunia, seperti Rainer Maria Rilke dan John Steinbeck, sehingga memperkaya sastra Indonesia dengan berbagai perspektif global.

Ia dikenal sebagai sosok yang sangat tekun dalam membaca, bahkan di meja makan dan tempat tidur, menunjukkan dedikasinya yang luar biasa terhadap dunia sastra.

Warisan Chairil Anwar

Meskipun sempat menghadapi kritik dan penolakan, Chairil Anwar tetap diakui sebagai penyair utama dalam sejarah sastra Indonesia. Tokoh sastra seperti HB Jassin dan A Teeuw memberikan penghargaan terhadap inovasi dan keragaman tema dalam karya-karyanya. Warisan Chairil Anwar yang memperjuangkan pembaruan dalam dunia puisi terus menggema hingga kini.

Kini, setiap peringatan Hari Puisi Nasional menjadi momen yang tak hanya mengenang karya-karyanya, tetapi juga mengingatkan kita bahwa puisi adalah suara zaman, suara perasaan, dan suara hati yang terus hidup dalam setiap generasi. Semangat Chairil Anwar dalam menulis puisi yang lugas dan berani terus menginspirasi penulis dan penyair muda Indonesia.*

(bs/J006)

Editor
: Justin Nova
0 komentar
Tags
komentar
Masuk untuk memberikan atau membalas komentar.
beritaTerbaru