BREAKING NEWS
Sabtu, 26 April 2025

Pertemuan Iran dan Tiga Negara Eropa Bahas Isu Nuklir, Palestina, dan Lebanon Jumat Ini

BITVonline.com - Senin, 25 November 2024 12:32 WIB
17 view
Pertemuan Iran dan Tiga Negara Eropa Bahas Isu Nuklir, Palestina, dan Lebanon Jumat Ini
Berita Terkini, Eksklusif di Saluran WhatsApp bitvonline.com
+ Gabung

BITVONLINE.COM– Sebuah pertemuan penting antara wakil menteri luar negeri Iran, Prancis, Jerman, dan Inggris dijadwalkan berlangsung pada Jumat (29/11/2024). Pertemuan ini bertujuan untuk membahas berbagai isu regional dan internasional, termasuk program nuklir Iran, serta perkembangan situasi di Palestina dan Lebanon. Namun, lokasi pertemuan tersebut belum diungkapkan secara resmi oleh pihak Kementerian Luar Negeri Iran.

Juru bicara Kementerian Luar Negeri Iran, Esmaeil Baghaei, mengatakan bahwa pertemuan tersebut merupakan kelanjutan dari pembicaraan yang telah dimulai sejak bulan September 2024. Saat itu, pembicaraan dilakukan di sela-sela sidang tahunan Majelis Umum PBB di New York, Amerika Serikat.

Salah satu fokus utama pertemuan nanti adalah isu terkait program nuklir Iran. Ketegangan meningkat setelah dewan gubernur Badan Energi Atom Internasional (IAEA) pada pekan lalu mengadopsi sebuah resolusi yang mengecam Iran atas ketidakmampuan negara itu untuk bekerja sama dengan pengawas nuklir internasional. IAEA mengungkapkan kekhawatiran bahwa program nuklir Iran bisa disalahgunakan untuk pengembangan senjata nuklir, meskipun Teheran berkali-kali membantah tuduhan tersebut.

Baca Juga:

Sebagai respons, Iran mengumumkan bahwa mereka akan meluncurkan “serangkaian sentrifus baru dan canggih” untuk meningkatkan kapasitas pengayaan uranium, yang diubah menjadi gas dan diputar pada kecepatan sangat tinggi untuk meningkatkan proporsi isotop fisil U-235. Behrouz Kamalvandi, juru bicara Organisasi Energi Atom Iran, menyatakan bahwa negara itu akan “meningkatkan kapasitas pengayaan secara substansial dengan memanfaatkan berbagai jenis mesin canggih.”

Namun, meski langkah ini diambil, Iran juga menunjukkan isyarat kooperatif dengan berjanji untuk melanjutkan “kerja sama teknis dan pengamanan” dengan IAEA, merujuk pada komitmen negara itu terhadap pengawasan program nuklir oleh PBB.

Baca Juga:

Presiden Iran Masoud Pezeshkian, yang mendukung dialog dengan negara-negara Barat, menegaskan bahwa pemerintah Iran bertekad untuk menghilangkan “keraguan dan ambiguitas” seputar program nuklir negara tersebut. Pezeshkian berharap dapat meredakan ketegangan dan memperjelas niat Iran terkait penggunaan teknologi nuklir untuk tujuan damai, alih-alih pengembangan senjata nuklir.

Iran berkomitmen untuk membatasi stok uranium yang diperkaya hingga tingkat kemurnian maksimal 60 persen, sebuah langkah yang disetujui oleh IAEA dalam kunjungan terakhir Kepala IAEA Rafael Grossi ke Teheran. Batasan ini adalah kadar kemurnian tertinggi yang digunakan dalam teknologi sipil, dan melebihi batas tersebut dapat digunakan untuk membuat senjata pemusnah massal.

Namun, beberapa pakar mengatakan bahwa pertemuan yang seharusnya berlangsung lebih awal terhambat oleh ketegangan yang berkembang antara Iran dan Israel, terkait perang di Gaza. Ali Vaez, seorang pakar Iran di International Crisis Group, menjelaskan bahwa meskipun kedua belah pihak masih belum mengetahui apa yang akan dilakukan oleh pemerintahan AS yang baru, kini mereka kembali menyadari bahwa keterlibatan diplomatik mungkin merupakan pilihan yang lebih bijak di tengah siklus eskalasi yang merugikan.

Perundingan mengenai program nuklir Iran telah mengalami banyak dinamika sejak kesepakatan tahun 2015 yang mengarah pada pelonggaran sanksi internasional dengan imbalan pembatasan program nuklir Iran. Namun, setelah AS menarik diri dari perjanjian tersebut pada 2018 di bawah pemerintahan Presiden Donald Trump, Iran mulai mengurangi kepatuhannya terhadap kesepakatan itu, yang mencakup peningkatan pengayaan uranium hingga 60 persen.

Meskipun ada ketegangan terkait program nuklir dan isu-isu lainnya, pemerintah Inggris memastikan bahwa mereka tetap berkomitmen untuk mengambil langkah diplomatik guna mencegah Iran mengembangkan senjata nuklir. Kementerian Luar Negeri Inggris menegaskan bahwa negara tersebut akan terus memanfaatkan mekanisme “snapback” dalam perjanjian 2015 untuk memberlakukan kembali sanksi internasional jika diperlukan.

Dengan situasi yang semakin rumit, baik Iran maupun negara-negara Eropa berharap pertemuan ini dapat menghasilkan kemajuan dalam menyelesaikan perselisihan nuklir yang telah berlangsung selama bertahun-tahun. Namun, hasil dari pertemuan tersebut masih harus dilihat, mengingat dinamika geopolitik yang terus berubah, terutama terkait dengan perang di Gaza dan ketegangan regional lainnya.

(JOHANSIRAIT)

Tags
beritaTerkait
Ketua MPR Ahmad Muzani Bela Gibran Rakabuming Raka dari Kritik Forum Purnawirawan TNI
Terungkap! Ini Alasan Bangun Siang Bikin Tubuh Lemas dan Kepala Pusing
Waspada! Konsumsi Ayam Berlebihan Tingkatkan Risiko Kanker Pencernaan dan Kematian Dini
Gagal Nyaleg, Krisna Mukti Terjerat Utang Rp 2 Miliar: Tabungan Nol, Rumah Nyaris Tergusur
Sigale-Gale: Patung Mistis Penari dari Danau Toba yang Sarat Makna dan Sejarah
Sosok Fahruddin Faiz: Filsuf Muslim yang Menyuarakan Kesadaran Intelektual dan Spiritual Lewat Karya dan Ceramah
komentar
beritaTerbaru