BREAKING NEWS
Selasa, 12 Agustus 2025

ILMU TAUHID: Muraqabah sebagai Jalan Menuju Muhasabah

Redaksi - Minggu, 10 Agustus 2025 08:16 WIB
ILMU TAUHID: Muraqabah sebagai Jalan Menuju Muhasabah
DR. H. Muharrir Asy'ari, LC. M.Ag, Rektor Universitas Mahakarya Muhammadiyah Bireun. (foto: T. Jamaluddin/BITV)
Berita Terkini, Eksklusif di Saluran WhatsApp bitvonline.com
+ Gabung

Oleh : DR. H. Muharrir Asy'ari, LC. M.Ag

PADA kesempatan kali ini, kita akan membahas dua konsep penting dalam ilmu tauhid dan tasawuf, yaitu muraqabah dan muhasabah. Keduanya merupakan jalan spiritual untuk meningkatkan keimanan dan memperbaiki amal.

1. Muraqabah: Merasa Diawasi oleh Allah

Baca Juga:

Muraqabah secara bahasa bermakna mengawasi, menjaga, atau memperhatikan. Secara istilah, muraqabah adalah kesadaran hati bahwa Allah selalu mengawasi kita dalam setiap waktu dan keadaan.

Seorang mukmin yang memiliki muraqabah akan selalu menjaga amalnya, ucapannya, bahkan lintasan hatinya, karena ia yakin Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.

Baca Juga:

- Dalil dari Al-Qur'an:

Surah Al-An'am ayat 59: "Dan pada sisi-Nya kunci-kunci semua yang ghaib; tidak ada yang mengetahuinya kecuali Dia sendiri..."

Surah Al-Mu'min ayat 19: "(Allah) mengetahui pandangan mata yang khianat dan apa yang disembunyikan oleh hati."

Surah Qaf ayat 16: "Dan sungguh, Kami telah menciptakan manusia dan mengetahui apa yang dibisikkan oleh hatinya, dan Kami lebih dekat kepadanya daripada urat lehernya."

- Hadits:

Rasulullah SAW bersabda: "Ihsan adalah engkau menyembah Allah seakan-akan engkau melihat-Nya, dan jika engkau tidak melihat-Nya, maka Dia melihatmu." (HR. Bukhari dan Muslim)

Inilah inti muraqabah: kesadaran akan pandangan Allah, yang akan menjaga kita dari kemaksiatan dan mendorong kita pada amal saleh.

2. Muhasabah: Evaluasi Diri di Dunia Sebelum Dihisab di Akhirat

Muhasabah berasal dari kata hasaba yang berarti menghitung. Secara istilah, muhasabah adalah evaluasi diri terhadap amal perbuatan, niat, dan sikap hati, baik sebelum beramal maupun sesudahnya.

° Sebelum beramal: mempertimbangkan niat, manfaat, dan kesesuaian amal dengan syariat.

° Sesudah beramal: mengevaluasi apakah amal tersebut dilakukan dengan ikhlas dan sesuai dengan tuntunan Nabi SAW.

- Dalil dari Al-Qur'an:

Surah Al-Hasyr ayat 18: "Wahai orang-orang yang beriman! Bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat)..."

- Ucapan Sahabat:

Umar bin Khattab radhiyallahu 'anhu berkata: "Hasibu anfusakum qabla an tuhasabu, wazinu a'malakum qabla an tuzanu." "Hisablah diri kalian sebelum kalian dihisab, timbanglah amal kalian sebelum ditimbang (di akhirat)."

3. Hubungan antara Muraqabah dan Muhasabah

Muraqabah adalah kesadaran real-time, muhasabah adalah refleksi dan koreksi. Keduanya saling mendukung:

Muraqabah menumbuhkan kesadaran bahwa Allah melihat kita.

Kesadaran ini mempermudah muhasabah, karena kita tahu bahwa semua amal tercatat dan akan dipertanggungjawabkan.

4. Tanda-tanda Ikhlas dalam Beramal

Amal yang diterima Allah adalah amal yang:

- Niatnya ikhlas karena Allah semata.

"Sesungguhnya amal itu tergantung pada niatnya..." (HR. Bukhari dan Muslim)

- Dilakukan secara amanah dan profesional.

Dalam Islam, amanah adalah cerminan keimanan. Rasulullah SAW bersabda: "Tidak beriman orang yang tidak amanah..." (HR. Ahmad)

- Sesuai dengan sunnah Rasulullah SAW

"Barang siapa mengamalkan suatu amalan yang tidak ada perintahnya dari kami, maka amalan itu tertolak." (HR. Muslim)

5. Manfaat Muhasabah

- Mengenal kelemahan diri, sehingga tidak sombong dan mudah memperbaiki diri.

- Mengetahui hak Allah yang belum kita tunaikan (seperti shalat, syukur, dan taubat).

Mengurangi beban hisab di akhirat, karena kita telah menghisab diri sejak di dunia.

Mari kita jadikan muraqabah sebagai fondasi kehidupan kita, agar kita senantiasa sadar bahwa Allah melihat kita. Dan mari kita biasakan muhasabah, agar setiap hari kita menjadi lebih baik dari hari sebelumnya.

Waktu terus berjalan. Hari hisab semakin dekat. Dan orang yang cerdas adalah orang yang mampu menghisab dirinya sebelum dihisab oleh Allah.*

*) Penulis adalahRektor Universitas Mahakarya Muhammadiyah Bireun.

Editor
: Adelia Syafitri
Tags
beritaTerkait
Memaknai Bulan Muharram 1447 H: Momentum Terbaik untuk Menyayangi Anak Yatim dan Memperbanyak Amal Saleh
Meningkatkan Takwa di Bulan Ramadhan untuk Kehidupan Lebih Bermakna
Pemprov DKI Jakarta Gelar Malam Muhasabah dan Dzikir di Monas untuk Sambut Tahun Baru 2025
komentar
beritaTerbaru