BREAKING NEWS
Jumat, 24 Oktober 2025

Bahlil Blak-blakan: “Tahun Depan, Kita Tak Akan Impor Solar Lagi”

Mutiara - Jumat, 24 Oktober 2025 18:42 WIB
Bahlil Blak-blakan: “Tahun Depan, Kita Tak Akan Impor Solar Lagi”
Menteri ESDM memberi paparan terkait capaian Kementerian ESDM serta menjawab dan menanggapi sejumlah pertanyaan dari pers terkait isu - isu energi.(Foto: ANTARA FOTO/Galih Pradipta)
Berita Terkini, Eksklusif di Saluran WhatsApp bitvonline.com
+ Gabung

JAKARTA – Pemerintah menargetkan Indonesia tak lagi melakukan impor solar mulai tahun 2026. Langkah ini merupakan bagian dari strategi menuju kemandirian energi nasional melalui implementasi program biodiesel 50 persen (B50) yang kini telah memasuki tahap uji coba.

Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Bahlil Lahadalia, mengatakan kebijakan tersebut menjadi hasil evaluasi satu tahun pemerintahan di bawah kepemimpinan Presiden Prabowo Subianto.

Menurutnya, keberhasilan program B50 akan membuat Indonesia sepenuhnya mampu memenuhi kebutuhan solar dari produksi domestik.

"Kita akan dorong sekarang B40 menuju B50. Nah, B50 ini sekarang lagi diuji cobakan. InsyaAllah di semester kedua akan kita implementasikan," ujar Bahlil di kompleks Istana Negara, Jakarta Pusat, Jumat (24/10/2025).

Bahlil menjelaskan, Indonesia saat ini masih mengimpor sekitar 4,9 hingga 5 juta kiloliter solar per tahun.

Namun, dengan penerapan B50, seluruh kebutuhan tersebut akan digantikan oleh produksi dalam negeri, hasil pencampuran solar dengan biodiesel berbasis minyak sawit mentah (CPO).

"Kalau ini sudah kita lakukan, maka impor BBM, khususnya solar, tidak lagi kita lakukan karena sudah memenuhi semua antara produksi dalam negeri dicampur dengan biotanol sudah bisa dicukupi," lanjutnya.

Lebih lanjut, Bahlil menyebut kebijakan transisi energi ini merupakan arahan langsung dari Presiden Prabowo untuk memastikan Indonesia tidak lagi bergantung pada impor energi.

Ia menegaskan, kemandirian energi merupakan fondasi utama dalam memperkuat ketahanan ekonomi nasional.

"Kita tidak mau lagi terus-terusan bergantung pada impor energi. Program B50 ini bukan hanya soal energi bersih, tapi juga tentang kedaulatan ekonomi nasional dan kesejahteraan rakyat," tegas Bahlil.

Selain mengurangi ketergantungan impor, program B50 juga diharapkan mampu meningkatkan nilai tambah produk kelapa sawit nasional, mengingat bahan baku utama biodiesel berasal dari minyak sawit mentah. Hal ini sekaligus menjadi peluang ekonomi baru bagi petani sawit di berbagai daerah.

Menurut Bahlil, keberhasilan penerapan program B10 hingga B40 menjadi modal penting untuk memperluas implementasi menuju B50, bahkan ke depan untuk sektor bensin berbasis bioenergi.

Editor
: Redaksi
0 komentar
Tags
beritaTerkait
komentar
Masuk untuk memberikan atau membalas komentar.
beritaTerbaru