Ia juga menulis buku "Arsitektur Ekonomi Indonesia", yang merupakan kritik tajam terhadap model ekonomi liberal dan ajakan kembali pada semangat Pasal 33 UUD 1945.
Rumah duka Arif di kawasan Rawamangun, Jakarta Timur, sejak pagi hari dipenuhi pelayat dari berbagai kalangan. Tampak deretan karangan bunga dari tokoh-tokoh nasional seperti:
Menteri Koordinator Perekonomian Airlangga Hartarto
Gubernur DKI Jakarta Pramono Anung
Tokoh politik dan ekonomi lain juga hadir langsung melayat, seperti Anies Baswedan, Muhadjir Effendy, hingga rekan-rekan akademisi dan aktivis ekonomi kerakyatan.
Didik J. Rachbini menegaskan bahwa kepergian Arif bukan hanya kehilangan sahabat dan kolega, tapi juga hilangnya sosok pemikir langka yang menjembatani nilai-nilai Pancasila ke dalam kebijakan ekonomi riil.
"Namun kepergiannya banyak yang harus dikenang sebagai hikmah dan pelajaran hidup bagi generasi selanjutnya," tutup Didik.
Arif Budimanta mungkin telah tiada, namun gagasan dan perjuangannya dalam menyuarakan ekonomi berkeadilan dan berpihak pada rakyat kecil akan terus hidup dan menginspirasi. Lewat konsep Pancasilanomics, ia meninggalkan jejak pemikiran yang kuat, relevan, dan sangat dibutuhkan dalam arah pembangunan bangsa yang berdaulat dan berkeadilan.*