MUSI BANYUASIN -Tangis pilu melanda aksi demo di kantor Bupati Musi Banyuasin (Muba) semalam, ketika Sanuk Purwanto (42), seorang mantan satpam yang turut serta dalam protes atas pemutusan hubungan kerja oleh PT Pinago, tiba-tiba terjatuh dan meninggal dunia. Peristiwa tragis ini menyisakan duka mendalam bagi keluarga Sanuk, khususnya bagi istrinya yang terpukul dengan kepergian mendadak sang suami.
Dalam aksi damai yang dihadiri oleh beberapa mantan satpam PT Pinago, Sanuk Purwanto berjuang bersama rekan-rekannya untuk menyuarakan nasib mereka kepada Pemkab Muba. Namun, nasib berkata lain saat Sanuk tiba-tiba roboh di tengah protes, sebelum akhirnya dilarikan ke rumah sakit oleh sesama peserta aksi.
“Tangis istri Sanuk, yang menggendong bayinya, tak terbendung saat menyaksikan jasad suaminya terbujur kaku di rumah sakit. Dalam kepedihan yang mendalam, wanita itu mencium jenazah Sanuk dengan penuh keharuan, sambil mengelus kepala suaminya,” ungkap Iskandar Zulkarnain dalam postingan Facebooknya.
Di sampingnya, terdengar suara tangisan sedih dari anak mereka yang masih kecil. “Oh ayah, cak mano ini yah,” serunya sambil menangis, memperlihatkan betapa besar kehilangan yang mereka rasakan.
Korban meninggal dunia ini diduga karena serangan jantung yang mendadak saat berada di tengah-tengah aksi demo. Boni, salah satu koordinator lapangan dalam aksi tersebut, menjelaskan bahwa kehadiran mereka adalah bagian dari upaya untuk memperjuangkan hak-hak mereka sebagai mantan karyawan PT Pinago.
“Saat ini, istrinya berharap bahwa tuntutan yang mereka ajukan akan mendapatkan respons yang adil dan tepat dari pihak berwenang,” jelas Boni.
Dalam suasana duka yang menyelimuti, wanita tersebut juga mengekspresikan kemarahannya terhadap kejadian yang menimpa suaminya. “Puas kamu Pinago, ini sudah ada korban,” ujarnya dengan nada emosi, sambil terus mencium jenazah Sanuk.
Kematian tragis Sanuk Purwanto menjadi pukulan berat bagi keluarga dan juga untuk rekan-rekannya yang turut serta dalam aksi protes tersebut. Harapan mereka untuk mendapatkan keadilan atas pemutusan hubungan kerja yang mereka alami, kini menjadi sejarah hitam yang tak terlupakan dalam perjuangan mereka.
Penutup
Peristiwa ini menyoroti ketegangan dan risiko yang terkait dengan partisipasi dalam aksi protes, serta menunjukkan betapa rapuhnya kondisi kesehatan seseorang dalam situasi yang penuh dengan emosi dan tekanan. Keluarga Sanuk Purwanto, bersama dengan rekan-rekannya, berharap bahwa perjuangan yang telah diawali oleh suami dan ayah mereka tidak akan sia-sia, dan bahwa perubahan yang mereka inginkan dapat terwujud.
(N/014)
Tragedi Aksi Demo! Korban PHK Meninggal dan Tangis Istri Pecah di Pelukan Anaknya!