BREAKING NEWS
Senin, 16 Juni 2025

Warga Jakarta Terus Mengeluh: Minimnya Tempat Pembuangan Sampah Halangi Program Pemilahan

BITVonline.com - Sabtu, 26 Oktober 2024 08:49 WIB
149 view
Warga Jakarta Terus Mengeluh: Minimnya Tempat Pembuangan Sampah Halangi Program Pemilahan
Berita Terkini, Eksklusif di Saluran WhatsApp bitvonline.com
+ Gabung

JAKARTA –Dinas Lingkungan Hidup DKI Jakarta mengumumkan rencana penerapan pembebasan retribusi pelayanan kebersihan bagi rumah tangga yang aktif memilah sampah dari sumbernya. Program inovatif ini direncanakan mulai berlaku pada 1 Januari 2025 dan diharapkan dapat meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap pengelolaan sampah yang lebih baik.

Masyarakat menyambut baik kebijakan ini, meskipun mereka berharap pemerintah juga menyediakan fasilitas yang memadai, seperti tempat pembuangan sampah berdasarkan kategori. Hal ini bertujuan agar masyarakat dapat dengan mudah menjalankan program pemilahan sampah sesuai ketentuan yang telah ditetapkan.

Salah satu warga yang mendukung program ini, Heni (39), yang tinggal di Gang Kemanggisan Jati Padang, mengungkapkan bahwa pembebasan retribusi ini dapat mengurangi beban pengeluaran bulanan mereka. “Dengan adanya program ini, pemasukan dari pekerjaan sebagai ojek online dapat dialokasikan untuk biaya listrik dan kebutuhan lainnya,” katanya.

Baca Juga:

Heni menekankan pentingnya ketersediaan tempat pembuangan sampah. “Setuju, kalau ada tempat pembuangannya lebih setuju lagi. Cuma kan kita lagi mikirin tempat pembuangannya. Tempat pembuangannya tuh nggak ada,” keluhnya. Ia menyatakan bahwa seringkali warga terpaksa membakar sampah karena minimnya fasilitas pembuangan.

Hal senada disampaikan oleh Nadia (29), pemilik indekos dan minimarket di Sawo Manila. Menurutnya, program ini dapat mendorong kesadaran masyarakat terhadap lingkungan, namun tetap menghadapi kendala yang sama: kekurangan tempat pembuangan sampah. “Sebenarnya pembebasan retribusi ini bagus, tapi tempat pembuangannya kurang,” ujarnya.

Baca Juga:

Nadia juga mencatat bahwa dalam sehari, dia bisa menghasilkan satu karung sampah dari usaha dan kebiasaannya sehari-hari. Ia mengeluarkan biaya sekitar Rp 30.000-35.000 setiap bulannya untuk iuran sampah. “Saya bayar iuran ke orang yang bawa gerobak sampah,” katanya, menunjukkan bagaimana banyak warga yang masih bergantung pada metode tradisional untuk membuang sampah.

Kedua warga ini menekankan pentingnya sosialisasi dari pemerintah mengenai pemilahan sampah, terutama perbedaan antara sampah organik dan anorganik. “Harus ada sosialisasi juga terkait sampah karena tidak semua masyarakat Jakarta tahu ini sampah organik. Ini sampah non-organik,” tambah Nadia.

Dengan langkah yang diambil oleh Dinas Lingkungan Hidup DKI Jakarta ini, diharapkan kesadaran masyarakat terhadap pentingnya pengelolaan sampah akan meningkat, bersamaan dengan adanya fasilitas yang memadai untuk mendukung program pemilahan sampah. Jika berhasil, ini bisa menjadi model bagi kota-kota lain dalam menangani masalah kebersihan dan pengelolaan sampah yang semakin kompleks.

Menghadapi Tantangan ke Depan

Program ini tentu saja masih harus diimbangi dengan infrastruktur yang memadai. Warga berharap Pemprov DKI Jakarta dapat memberikan solusi terkait ketersediaan tempat pembuangan sampah agar mereka dapat berpartisipasi aktif dalam program ini tanpa harus mengalami kesulitan.

Dengan harapan ini, masyarakat Jakarta menantikan implementasi program pembebasan retribusi dan langkah-langkah nyata dari pemerintah untuk meningkatkan kualitas lingkungan hidup di ibu kota.

(N/014)

Tags
beritaTerkait
Penjualan Anjlok, PT Gudang Garam Setop Sementara Pembelian Tembakau dari Temanggung
Pernyataan Fadli Zon Soal Pemerkosaan Massal 1998 Tuai Kecaman, Istana Imbau Publik Tidak Berspekulasi
Curi di Toko DIY Thamrin Plaza, Pelaku Dit3mbak Polisi Saat Coba Kabur
Kedutaan AS di Tel Aviv Rusak Akibat Serangan Rudal Iran, Trump: “Mungkin Harus Bertempur Dulu”
Polisi Tangkap Admin dan Anggota Grup Facebook "G4y Khusus Surabaya" karena Sebar Konten Porn*gr4fi
Wakil Ketua DPR Walkout dari Pelantikan Rektor UPI karena Sumpah Jabatan Berbahasa Inggris?
komentar
beritaTerbaru