BREAKING NEWS
Rabu, 05 November 2025

Ambruknya Aktivitas Manufaktur Indonesia: Sorotan Presiden Jokowi dan Implikasinya

BITVonline.com - Senin, 12 Agustus 2024 04:45 WIB
Ambruknya Aktivitas Manufaktur Indonesia: Sorotan Presiden Jokowi dan Implikasinya
Berita Terkini, Eksklusif di Saluran WhatsApp bitvonline.com
+ Gabung

IKN –Pada hari Senin, 12 Agustus 2024, Presiden Joko Widodo (Jokowi) memfokuskan perhatian sidang kabinet perdana di Istana Garuda, Ibu Kota Negara (IKN) Nusantara, pada ambruknya sektor manufaktur Indonesia. Sorotan tajam Presiden Jokowi ini menggarisbawahi penurunan signifikan dalam aktivitas sektor manufaktur yang tercermin dalam Purchasing Manager Index (PMI) Indonesia, yang mengalami kontraksi pada Juli 2024 setelah 34 bulan berturut-turut berada dalam fase ekspansi.

Kontraksi PMI dan Implikasinya

Presiden Jokowi menyampaikan kekhawatiran mendalam terkait kontraksi PMI yang baru-baru ini terjadi. PMI, yang sebelumnya menunjukkan fase ekspansi selama lebih dari dua tahun, turun ke level 49,3 pada Juli 2024. Angka ini merupakan kontraksi pertama sejak Agustus 2021, dan ini menjadi indikasi yang jelas bahwa sektor manufaktur Indonesia mengalami penurunan aktivitas yang signifikan.

“Setelah ekspansif selama 34 bulan berturut-turut pada Juli kita masuk ke level kontraksi. Ini agar dilihat betul diwaspadai betul secara hati-hati karena beberapa negara di Asia PMI-nya juga berada di angka di bawah 50,” ujar Jokowi dalam sidang kabinet.

Jokowi menggarisbawahi pentingnya menganalisis penyebab kontraksi ini dan segera mengantisipasinya. Dia meminta semua pihak untuk menggali penyebab utama dari penurunan PMI, yang menurutnya disebabkan oleh kontraksi dalam produksi, pesanan baru, dan rekrutmen tenaga kerja. Jokowi juga menyoroti perlunya evaluasi terhadap melemahnya permintaan domestik yang mungkin terkait dengan beban impor bahan baku yang tinggi dan serbuan produk impor yang dapat mempengaruhi daya saing produk lokal.

Data dan Tren Terbaru

Menurut data dari S&P Global, kontraksi PMI pada Juli 2024 merupakan yang pertama kali sejak Agustus 2021. PMI manufaktur Indonesia jatuh dari 54,2 pada Maret 2024 menjadi 49,3 pada Juli 2024. Penurunan ini menandakan bahwa sektor manufaktur telah mengalami pelambatan signifikan dan menghadapi tantangan besar dalam beberapa bulan terakhir.

Paul Smith, Direktur Ekonomi di S&P Global Market Intelligence, menjelaskan bahwa kontraksi PMI terjadi karena penurunan permintaan. “Pesanan baru dan produksi turun untuk pertama kalinya dalam lebih dari dua tahun. Karena itu, para produsen bersikap hati-hati, dengan aktivitas pembelian sedikit dikurangi dan pekerjaan turun pada tingkat tercepat sejak September 2021,” ujar Paul.

Faktor Penyebab dan Dampaknya

Penurunan permintaan merupakan salah satu penyebab utama kontraksi PMI. Ekonomi global yang tidak stabil, termasuk ketegangan di Laut Merah akibat serangan kelompok Houthi, juga turut berkontribusi pada gangguan pasokan dan penurunan ekspor. Kendala pasokan ini membatasi kemampuan perusahaan untuk meningkatkan output dan memperburuk keterlambatan pengiriman. Waktu tunggu rata-rata yang semakin lama menunjukkan dampak serius dari tantangan pasokan ini.

Selain itu, perusahaan-perusahaan memilih untuk mengurangi jumlah staf sebagai respons terhadap penurunan aktivitas manufaktur. Data menunjukkan bahwa pengurangan staf terjadi untuk ketiga kalinya dalam empat bulan terakhir, dengan pengurangan yang terbesar dalam hampir tiga tahun.

Meskipun situasi saat ini menunjukkan tantangan yang berat, ada optimisme di kalangan pelaku usaha. Inflasi input barang melandai, dan meskipun biaya output meningkat, ada harapan bahwa PMI Manufaktur akan kembali naik. Pelaku usaha percaya bahwa kondisi pasar akan membaik dalam waktu 12 bulan ke depan.

Tanggapan Pemerintah dan Langkah Selanjutnya

Menanggapi situasi ini, Presiden Jokowi menekankan perlunya tindakan segera dan evaluasi mendalam untuk memahami dan mengatasi penyebab kontraksi dalam sektor manufaktur. Pemerintah diharapkan dapat mengambil langkah-langkah strategis untuk memitigasi dampak negatif dari penurunan PMI dan mendorong pertumbuhan sektor manufaktur yang lebih stabil dan berkelanjutan.

“Ini harus menjadi perhatian serius, dan semua pihak harus bekerja sama untuk mencari solusi dan strategi yang efektif untuk mengatasi tantangan ini,” tegas Jokowi.

Dengan penurunan PMI yang signifikan, fokus pemerintah dan pelaku usaha akan sangat penting dalam mengatasi masalah ini dan merencanakan langkah-langkah untuk memulihkan dan memperkuat sektor manufaktur Indonesia dalam jangka panjang.

(N/014)

0 komentar
Tags
komentar
Masuk untuk memberikan atau membalas komentar.
beritaTerbaru