BREAKING NEWS
Sabtu, 31 Mei 2025

Kekosongan Posisi Duta Besar Indonesia untuk AS Dinilai Menghambat Negosiasi Tarif Dagang dengan Trump

Justin Nova - Selasa, 08 April 2025 20:25 WIB
167 view
Kekosongan Posisi Duta Besar Indonesia untuk AS Dinilai Menghambat Negosiasi Tarif Dagang dengan Trump
Berita Terkini, Eksklusif di Saluran WhatsApp bitvonline.com
+ Gabung

MEDAN - Posisi Duta Besar Indonesia untuk Amerika Serikat (AS) yang kosong hampir dua tahun menjadi perhatian publik, terutama di tengah upaya Indonesia untuk menegosiasikan tarif dagang 32% yang dikenakan oleh Presiden AS, Donald Trump.

Kekosongan posisi ini menimbulkan pertanyaan mengenai bagaimana Indonesia dapat melakukan negosiasi penting tanpa perwakilan diplomatik yang tepat di negara adidaya tersebut.

Posisi duta besar untuk AS terakhir kali diisi oleh Rosan Roeslani, yang kini menjabat Menteri Investasi dan Hilirisasi.

Baca Juga:

Rosan menggantikan Muhammad Lutfi yang sebelumnya menjabat sebagai Duta Besar. Namun, setelah Rosan diangkat sebagai Wakil Menteri BUMN pada 2023, posisi tersebut kembali kosong.

Baca Juga:

Pengamat hubungan internasional dan pendiri Synergy Policies, Dinna Prapto Raharja, mengkritik kekosongan posisi ini yang menurutnya memperlambat Indonesia dalam mengumpulkan informasi, membangun jejaring, dan menghubungi pihak-pihak yang pro pada Indonesia di AS.

Dinna juga menyatakan bahwa Indonesia bisa dikatakan tertinggal dibandingkan negara-negara lain yang memiliki duta besar yang rutin bekerja di AS.

"Model pembentukan tim negosiasi Indonesia untuk menghadapi Trump kemungkinan besar akan menghadapi kesulitan, karena tidak ada jalinan yang solid antara Indonesia dan AS.

Delegasi yang dikirim, meski memiliki mandat, tidak siap secara penuh karena keterbatasan waktu dan persiapan," jelas Dinna dalam sebuah wawancara pada Selasa (8/4).

Lebih lanjut, Dinna menyoroti peran penting seorang duta besar yang memiliki jabatan tinggi dalam dunia diplomatik dan kewenangan penuh untuk bernegosiasi serta membangun hubungan internasional.

Ia menjelaskan bahwa seorang dubes harus memiliki pengalaman dan perspektif yang luas, baik dari sisi politik maupun ekonomi, serta memahami dengan baik cara berinteraksi dengan pihak-pihak berpengaruh di AS.

Sebagai contoh, Dinna menyebutkan penunjukan mantan Wakil Menteri Luar Negeri Vietnam, Nguyen Quoc Dzung, sebagai duta besar di AS yang sudah siap membangun jejaring dengan pengalaman luas di Eropa dan ASEAN.

Dinna menilai Indonesia juga membutuhkan sosok yang memiliki kompetensi serupa untuk menghadapai tantangan diplomasi dengan AS.

Dinna juga mengingatkan pentingnya kualitas seorang duta besar Indonesia, yang sebelumnya diisi oleh diplomat-diplomat berpengalaman seperti Arifin Siregar, Dorodjatun Kuntjoro Jakti, Dino Djalal, dan Soemadi.

Mereka bukan hanya diplomat yang berpengalaman dalam bernegosiasi, namun juga telah mengelola isu-isu kompleks dengan negara-negara industri besar dan memiliki jejaring yang kuat di AS.

"Pengalaman dan jejaring yang mereka miliki di AS sangat penting, apalagi dalam menghadapi isu-isu perdagangan global dan diplomasi ekonomi yang semakin kompleks," tutup Dinna.*

(kp)

Editor
: Justin Nova
Tags
beritaTerkait
Istana Klarifikasi: Minuman Prabowo Saat Jamuan Bukan Wine, Tapi Sparkling Apple Cider
18 Nelayan Aceh Timur Ditangkap Otoritas Thailand, Bupati Minta Pemerintah Pusat Ambil Langkah Diplomatik
Presiden Prabowo Tiba di Bangkok, Mulai Kunjungan Kenegaraan Perdana ke Thailand
Presiden Prabowo Subianto Kunjungi Brunei, Temui Sultan Hassanal Bolkiah Bahas Kerja Sama Strategis
Presiden Prabowo Subianto Sambut Kunjungan Resmi Perdana Menteri Fiji Sitiveni Rabuka
Misi Diplomatik di Yordania: Prabowo Tandatangani MoU dan Hadiri Jamuan Kenegaraan
komentar
beritaTerbaru