BREAKING NEWS
Senin, 20 Oktober 2025

Pembakaran Tato dan Pemberian Urine Kepada Tahanan di Myanmar!

BITVonline.com - Jumat, 07 Juni 2024 02:53 WIB
Pembakaran Tato dan Pemberian Urine Kepada Tahanan di Myanmar!
Berita Terkini, Eksklusif di Saluran WhatsApp bitvonline.com
+ Gabung

MYANMAR -Tragedi kemanusiaan kembali menyelimuti Myanmar. Sedikitnya 50 orang tewas dibunuh tentara Myanmar dalam serangan brutal di Desa Byai Phyu, Negara Bagian Rakhine. Serangan ini berlangsung selama dua setengah hari dan menyisakan jejak horor yang mendalam bagi para penduduk desa. Informasi ini diperoleh dari saksi mata dan pasukan pemberontak Tentara Arakan (AA).

Teror dan Penyiksaan di Desa Byai Phyu

Sejumlah saksi mata mengatakan bahwa penduduk desa mengalami penyiksaan yang mengerikan. Para prajurit menutup mata penduduk, memukuli mereka, menuangkan bensin ke kulit mereka, dan memaksa beberapa orang meminum urine. Kejahatan-kejahatan ini dilakukan dalam upaya mencari pendukung Tentara Arakan, kelompok perlawanan etnis yang telah menjadi salah satu kekuatan paling efektif melawan militer Myanmar.

Menurut Pemerintah Persatuan Nasional (NUG) yang mewakili pemerintah sipil yang digulingkan, 51 orang berusia antara 15 hingga 70 tahun “disiksa dan dibunuh dengan kejam”. Tentara Arakan memperkirakan jumlah korban tewas lebih dari 70 orang, menjadikan ini salah satu aksi kekejaman terburuk dalam perang saudara yang telah berlangsung tiga tahun di Myanmar.

Pembantahan dari Junta Militer

Dewan militer atau junta yang berkuasa membantah tuduhan tersebut, menyebut serangan mereka sebagai operasi “perdamaian dan keamanan”. Namun, saksi mata memberikan kesaksian yang berbeda. “Mereka bertanya kepada laki-laki apakah Tentara Arakan ada di desa ini,” kata seorang perempuan “Apa pun jawaban yang mereka berikan, tentara akan memukul mereka.”

Kekejaman yang Tak Terbayangkan

Seorang saksi mata menceritakan bagaimana suaminya dibawa pergi oleh kendaraan militer, dan anaknya terpisah darinya. “Saya tidak tahu apakah mereka hidup atau mati,” katanya dengan tangis. Para penduduk desa dikurung di tempat terbuka selama dua hari di bawah sinar matahari tanpa makanan atau minuman yang cukup. Puluhan pria diikat, ditutup matanya, dan dibawa untuk diinterogasi. Banyak dari mereka belum kembali hingga kini.

Para penyintas menggambarkan kekejaman yang dilakukan tentara, termasuk memaksa pria yang haus untuk meminum urine mereka. “Saya mendengar suara tembakan, tetapi tidak berani melihat,” ungkap seorang perempuan yang kehilangan suami dan putranya.

Kekejaman Berlanjut

Lebih dari 100 serdadu menyerbu Desa Byai Phyu, yang terletak di luar Sittwe, ibu kota Negara Bagian Rakhine. Sittwe adalah benteng militer yang penting, tetapi kini terancam oleh kelompok pemberontak yang mendapat simpati dari penduduk setempat. Pria bertato yang menunjukkan dukungan terhadap Tentara Arakan menjadi sasaran kekejaman lebih lanjut, termasuk pemotongan kulit dan pembakaran dengan bensin.

Reaksi Internasional

Kekejaman yang dilakukan tentara Myanmar di Byai Phyu memicu reaksi keras dari berbagai pihak. NUG berjanji untuk membawa mereka yang bertanggung jawab ke pengadilan atas kejahatan perang ini. Tentara Arakan juga menuduh junta militer melakukan pemerkosaan beramai-ramai terhadap beberapa wanita di desa tersebut.

Situasi di Rakhine

Desa Byai Phyu kini masih dikuasai oleh tentara Myanmar, dengan penduduk yang tersisa diungsikan ke biara-biara Buddha di Sittwe. Laporan menyebutkan sebagian besar desa telah terbakar, dan para penduduk dilarang kembali. Isolasi dan intensitas konflik di Rakhine membuat penyelidikan independen sulit dilakukan, tetapi kesaksian para penyintas memberikan gambaran mengerikan tentang apa yang terjadi.

Seruan untuk Keadilan

Insiden di Byai Phyu menambah panjang daftar kekejaman militer Myanmar terhadap etnis minoritas. Komunitas internasional didesak untuk mengambil tindakan tegas dalam mengakhiri kekerasan dan memberikan keadilan bagi korban. Sementara itu, penduduk Rakhine terus hidup dalam ketakutan dan ketidakpastian, berharap dunia akan memperhatikan penderitaan mereka.

(N/014)

0 komentar
Tags
komentar
Masuk untuk memberikan atau membalas komentar.
beritaTerbaru