Bagaimana Mengetahui Anak Dibesarkan oleh Orangtua Narsis? Ini Tanda-tandanya!

JAKARTA -Gangguan Kepribadian Narsistik (NPD) adalah kondisi psikologis yang tidak hanya memengaruhi penderitanya, tapi juga hubungan dengan orang terdekat, termasuk anak-anak yang diasuhnya.

Baik orangtua yang secara klinis didiagnosis NPD maupun yang hanya memiliki beberapa sifat narsistik, dapat memberikan dampak emosional yang mendalam bagi anak-anak mereka.

Beberapa tokoh dunia pernah mengungkap masa kecil yang sulit akibat orangtua dengan sifat narsistik. Christina Crawford, dalam bukunya Mommie Dearest, menceritakan sosok ibunya, Joan Crawford, sebagai orangtua yang sangat mengontrol dan kasar secara emosional dan fisik, serta sangat peduli dengan citra publik.

Sementara itu, Michael Jackson juga pernah membagikan luka emosional masa kecilnya akibat pola asuh otoriter dan perfeksionis dari ayahnya, Joe Jackson.

Menurut ahli kesehatan mental, untuk didiagnosis NPD, seseorang harus memenuhi sejumlah kriteria tertentu. Namun, bahkan tanpa diagnosis resmi, sifat narsistik pada orangtua bisa memengaruhi pola asuh dan perkembangan psikologis anak. Beberapa karakteristik umum orangtua narsis antara lain:

Memfokuskan perhatian pada diri sendiri: Orangtua narsis sangat membutuhkan validasi dan seringkali mengabaikan kebutuhan emosional anak.

Kurang menunjukkan kasih sayang: Kasih sayang diberikan secara bersyarat dan seringkali lebih berorientasi pada citra diri mereka sendiri.

Tidak mau bertanggung jawab atas kesalahan: Orangtua narsis cenderung menyalahkan orang lain untuk melindungi ego mereka.

Kontrol berlebihan: Mereka suka mengatur dan mengendalikan segala aspek kehidupan anak demi memenuhi keinginan mereka.

Dominasi dan manipulasi: Menggunakan rasa takut atau taktik manipulatif agar anak atau anggota keluarga patuh.

Gaslighting dan penindasan emosional: Menghina, mengejek, atau menindas agar tetap terlihat lebih unggul.

Cinta bersyarat: Menahan kasih sayang sebagai bentuk kontrol emosional.

Anak-anak yang dibesarkan oleh orangtua narsis sering kali merasa tidak pernah cukup baik, mengalami luka batin, dan sulit membangun harga diri yang sehat.

Pola asuh ini dapat menimbulkan trauma psikologis yang bertahan hingga dewasa, mempengaruhi hubungan interpersonal dan kemampuan mereka dalam mengasuh anak nantinya.

Psikolog menyarankan pentingnya perawatan diri (self-care) dan menetapkan batasan emosional yang sehat bagi anak yang kini telah dewasa. Menjaga jarak dari dinamika keluarga yang toksik bukanlah tanda ketidaksetiaan, melainkan bentuk perlindungan diri.

"Menetapkan batasan, berkata 'cukup,' dan menjaga keseimbangan emosional adalah langkah penting agar tidak terjebak dalam pola manipulasi dan dominasi," ungkap seorang psikolog klinis.*

(km/j006)