JAKARTA – Guru Besar Hukum Internasional Universitas Indonesia (UI), Prof. Hikmahanto Juwana, mengeluarkan peringatan serius terkait eskalasi konflik antara Amerika Serikat dan Iran.
Menurutnya, serangan militer AS ke tiga fasilitas nuklir Iran pada Sabtu (21/6/2025) berpotensi memicu konflik global berskala besar, bahkan tak menutup kemungkinan menjadi cikal bakal Perang Dunia Ketiga.
Dalam keterangannya, Minggu (22/6), Prof. Hikmahanto menyatakan bahwa reaksi Iran akan menjadi titik krusial dalam menentukan arah perkembangan konflik.
"Kita harus melihat apakah Iran akan memilih menyerah seperti yang diharapkan AS, atau justru membalas, termasuk dengan menyerang kapal induk AS atau wilayah Israel," ujarnya.
Serangan udara AS yang melibatkan pesawat siluman B-2 dan bom penghancur bunker seberat 30 ribu pon, menghantam tiga fasilitas nuklir utama Iran, yaitu Fordow, Natanz, dan Isfahan.
Presiden AS Donald Trump mengklaim operasi tersebut berhasil besar, menimbulkan kerusakan signifikan pada infrastruktur nuklir Iran.
Prof. Hikmahanto menambahkan bahwa konflik ini tak hanya berpotensi menelan korban dari kedua pihak, tetapi juga dapat menyeret negara-negara lain dalam pusaran perang.
"Jika banyak negara menunjukkan dukungan kepada Iran, maka risiko terjadinya perang dunia ketiga bukan tidak mungkin terjadi. Reaksi komunitas internasional akan sangat menentukan," ungkapnya.
Ia juga menyoroti perlunya ketegasan sikap dari pemerintah Indonesia dalam merespons kondisi geopolitik yang memanas.
Indonesia, menurutnya, harus tegas berpihak pada prinsip perdamaian dunia.
"Pemerintah Indonesia harus berada di pihak perdamaian, dan bergabung dengan negara-negara yang berupaya menahan laju eskalasi ini," pungkasnya.
Seperti diberitakan sebelumnya, AS resmi bergabung dalam konflik bersenjata antara Iran dan Israel.
Dalam operasi militer terbaru, tiga situs nuklir Iran menjadi sasaran penghancuran oleh rudal berpemandu presisi tinggi.
Serangan itu terjadi di tengah meningkatnya ketegangan setelah rudal-rudal Iran dilaporkan menghantam wilayah Israel pada Rabu (18/6) lalu.
Situasi di Timur Tengah kini memasuki fase kritis dengan potensi eskalasi yang dapat melibatkan kekuatan global.
Komunitas internasional diimbau untuk mendorong jalur diplomasi guna mencegah konflik berkepanjangan dan menghindari bencana kemanusiaan skala besar.*