BREAKING NEWS
Jumat, 06 Juni 2025

Ketika Hindul-Hindul Markindul Menyelinap di Istana

Redaksi - Kamis, 05 Juni 2025 08:12 WIB
83 view
Ketika Hindul-Hindul Markindul Menyelinap di Istana
Berita Terkini, Eksklusif di Saluran WhatsApp bitvonline.com
+ Gabung

Oleh:Guntur Soekarnoputra

JIKA kita mengikuti berita-berita dari luar negeri, khususnya mengenai perlakuan Israel terhadap Palestina, hati kita sebagai pendukung historis Palestina menjadi kesal dan mendongkol. Tingkah polah Israel terhadap negara dan rakyat Palestina yang sedemikian rupa membuat kondisi Palestina benar-benar terpuruk dan porak-poranda, baik fisik maupun mental mereka.

Badan Intelijen Israel, Mossad, ternyata mengambil peranan yang amat besar sehingga apa pun yang diperbuat oleh pihak Israel tak ada perlawanan sama sekali dari pihak Palestina. Tampaknya Palestina benar-benar mati kutu menghadapi perlakuan intel dari Israel tersebut. Mossad yang kini dipimpin oleh David Barnea dengan Divisi Tzomet mereka benar-benar dengan mudah membuat kekuatan-kekuatan perlawanan Palestina seperti Hamas dan lainnya mati langkah serta 'menggigit' debu atau sia-sia.

Baca Juga:

Berbagai usaha dari dunia internasional untuk menghentikan keganasan Israel tampaknya juga tidak berhasil menghentikan ulah Israel tersebut. Entah berapa kali gencatan senjata yang diusahakan oleh dunia internasional terus berlangsung dan 'dikentuti' oleh Tel Aviv.

Sebenarnya, sejauh mana kesaktian Mossad dengan Divisi Tzomet mereka yang bertugas, terutama untuk merekrut agen-agen Mossad, baik di dalam negeri maupun di luar negeri, sulit diprediksi.

TERTANGKAPNYA GILCHALAN

Kita tentu ingat adanya rencana Mossad untuk menggagalkan pertemuan 20 negara-negara maju dan berkembang (G-20) di Bali, beberapa tahun lalu. Rencana mereka saat itu ialah mendirikan pusat intelijen Mossad di Bali. Namun, gagal karena agen ganda mereka (Iran dan Israel), Gilchalan, tertangkap oleh pihak imigrasi Indonesia ketika yang bersangkutan berusaha masuk Indonesia lewat Bali. Itulah yang membuat terbongkarnya rencana di Indonesia.

Namun, apa mau dikata ternyata Divisi Tzomet mereka sudah berhasil merekrut beberapa kalangan di Indonesia untuk menjadi agen-agen andalan. Yang menjadi pertanyaan ialah sejauh mana komunitas intelijen kita dapat mendeteksi keberadaan agen-agen mereka, khususnya di Bali, dan sudah barang tentu di pusat pemerintahan negara: Jakarta. Sejauh ini, Badan Intelijen Negara (BIN) kita beserta komunitas intelijennya masih diam 1.000 bahasa. Belum terdengar ada langkah konkret mengatasinya.

Sebagai eksponen kekuatan-kekuatan patriotik sukarnois, terus terang, kita amat prihatin dengan kondisi yang stagnan dan ketidakjelasan semacam itu. Jangan-jangan tingkah pola Divisi Tzomet juga sudah masuk seperti peristiwa penyelundupan agen Central Intlijen Agency (CIA): Pat Price di era pemerintahan Bung Karno pada sekitar 1964-65 terulang kembali.

HINDUL-HINDUL MARKINDUL

Dalam kasus agen cantik CIA di Indonesia era pemerintahan Bung Karno, Badan Pusat Intelijen (BPI) yang dipimpin oleh Subandrio pernah kebobolan dengan masuknya agen CIA ke Indonesia. Juga badan intel Cakrabirawa menilai Pat Price 'bersih'. Yang sangat disayangkan ialah bobolnya benteng terakhir komunitas intelijen kita, yaitu tim khusus dari Detasemen Kawal Pribadi (DKP), yang juga menilai yang bersangkutan sosok yang bersih.

Begitulah karena seluruh aparat komunitas intelijen kita bobol, agen CIA Pat Price dapat bergaul erat dengan keluarga Bung Karno, termasuk dengan Bung Karno pribadi. Apalagi untuk lebih menutupi misi sebenarnya yang bersangkutan juga selalu mengenakan kebaya Jawa seperti Putri Solo dan ikut belajar menari bersama adik-adik penulis di Istana Merdeka.

Editor
: Adelia Syafitri
Tags
beritaTerkait
Hasan Nasbi: Dulu Pernyataan Prabowo Soal Perang Dianggap Naif, Kini Terbukti Relevan
komentar
beritaTerbaru