BREAKING NEWS
Jumat, 05 September 2025

Nazir Berdaya, Wakaf Berjaya

T.Jamaluddin - Minggu, 22 Juni 2025 16:18 WIB
Nazir Berdaya, Wakaf Berjaya
Sayed Muhammad Husen
Berita Terkini, Eksklusif di Saluran WhatsApp bitvonline.com
+ Gabung

Selain itu, perlu dibentuk ekosistem yang mendukung kinerja nazir, termasuk lembaga pendamping, konsultan syariah, dan akses ke informasi pasar. Kolaborasi antar-nazir juga patut dilakukan guna berbagi pengalaman dan praktik terbaik.

Ada hal yang tak kurang pentingnya, yaitu pemanfaatan teknologi digital, seperti platform digital pencatatan aset, pelaporan, hingga fundraising wakaf. Semua ini akan meningkatkan efisiensi, transparansi, dan jangkauan nazir.

Kita berkeyakinan, ketika nazir diberdayakan lebih intensif, potensi wakaf pun berkembangkan optimal. Wakaf tidak hanya menjadi aset pasif, melainkan mesin penggerak ekonomi yang mampu menciptakan lapangan kerja, membiayai pendidikan, kesehatan, dan berbagai program sosial lainnya.

Nazir-nazir yang kompeten dan berintegritas di seluruh Nusantara ini menjadi garda terdepan dalam mengelola dan mengembangkan aset wakaf umat, sehingga wakaf sebagai amal jariah terus mengalir manfaatnya.

Rasulullah saw bersabda: "Apabila seorang manusia meninggal dunia, maka terputuslah semua amalnya kecuali tiga hal: sedekah jariyah (wakaf), ilmu yang bermanfaat, atau anak saleh yang mendoakannya." (HR Muslim)

Rasulullah saw secara eksplisit menyebutkan sedekah jariah, yang di dalamnya termasuk wakaf, sebagai amal yang pahalanya terus mengalir. Oleh karena itu, pengelolaan wakaf yang efektif oleh nazir menjadi faktor penentu wakaf berfungsi dengan sempurna. Amanah wakif pun dapat dilaksanakan dengan baik oleh nazir.

Untuk itu, deperlukan kolaborasi berbagai pihak (wakif, nazir, BWI, Baitul Mal, Kemenag, serta umat), untuk mendukung terwujudnya nazir yang berdaya yang pada gilirannya wakaf akan berjaya. Keberjayaan wakaf tentu saja sangat ditentukan oleh kapasitas dan profesionalisme nazir.

Tentang Penulis

Sayed Muhammad Husen mengabdikan lebih dari setengah usianya di bidang filantropi Islam. Mengawali karirnya ketika membangun BMT Baitul Qiradh Baiturrahman tahun 1995, kemudian mengantarkannya ke Baitul Mal Aceh tahun 2004. Sejak di Baitul Qiradh Baiturrahman, Sayed mulai mempelajari dengan serius tentang filantropi Islam yang menjadi bagian dari kelolaan Baitul Qiradh Baiturrahman. Dia mulai melihat lembaga sosial dan lembaga ekonomi dapat berjalan satu atap. Namun, perpaduan dua orientasi itu, tidak membuatnya puas. Kecenderungannya lebih kuat mengurusi lembaga sosial yang memiliki fokus pada zakat, infak dan wakaf. Pengalaman yang tidak pernah dia lupakan sepanjang hidupnya, ketika melihat antusiame para pedagang yang sudah menua untuk menyalurkan infaknya melalui Baitul Qiradh Baiturrahman.

Jejak langkah intelektual dan aktivisme Sayed Muhammad Husen dimulai ketika menapaki bangku kuliah di Universitas Syiah Kuala. Sayed yang lahir tahun 1965 di Trienggadeng (Kabupaten Pidie Jaya), memilih bergabung dengan UKM FOSMA tahun 1985. Kemudian, dua tahun setelahnya, dia menjadi ketua organisasi kajian keislaman kemahasiswaan itu. Saat itu, lembaga yang dipimpinya melakukan kajian setiap Sabtu di mushalla KID di kampus tersebut. Pengajian-pengajian di UKM FOSMA di tahun-tahun itu, diampu oleh ormas Pelajar Islam Indonesia (PII), HMI dan dosen-dosen dari IAIN AR Raniry.

Editor
: Justin Nova
0 komentar
Tags
beritaTerkait
komentar
Masuk untuk memberikan atau membalas komentar.
beritaTerbaru