BREAKING NEWS
Senin, 21 Juli 2025

Membangun Peradaban Baru

Redaksi - Selasa, 15 Juli 2025 08:47 WIB
99 view
Membangun Peradaban Baru
Sejumlah siswa antusias mengikuti pelajaran di SDN Karet 01, Jakarta, Senin (8/7).(foto: Bayu Pratama S/Antara)
Berita Terkini, Eksklusif di Saluran WhatsApp bitvonline.com
+ Gabung

BERBASIS KEARIFAN LOKAL

Dalam konteks Indramayu Barat, pendidikan harus mampu menghadirkan sistem pembelajaran yang relevan dengan kebutuhan lokal. Selanjutnya membentuk karakter yang tangguh dan beretika serta mendorong kemandirian ekonomi berbasis potensi desa.

Tidak kalah pentingnya juga memanfaatkan teknologi digital sebagai akselerator perubahan. Itu sesuai dengan tesis Paulo Freire (1970), bahwa pendidikan yang membebaskan ialah pendidikan yang membuat orang menyadari realitasnya, lalu berani mengubahnya. Itulah jenis pendidikan yang dibutuhkan di Indramayu Barat.

Selanjutnya, pendidikan di Indramayu Barat harus dirancang sesuai dengan potensi dan kebutuhan lokal. Misalnya, sekolah di wilayah agraris bisa memiliki mata pelajaran pilihan tentang pertanian presisi, irigasi digital, dan pengelolaan pascapanen. Madrasah dapat menjadi pusat integrasi nilai spiritual dengan inovasi ekonomi umat.

Dalam hal itu, pentingnya model contextual learning dan project-based learning agar peserta didik mampu mengaitkan ilmu dengan realitas sekitarnya. Di wilayah agraris seperti Indramayu Barat, sekolah dapat menyisipkan pelajaran tentang (1) teknologi pertanian dan nelayan presisi; (2) pengelolaan pascapanen; (3) irigasi berbasis digital; (4) literasi digital bagi nelayan, dan (5) kewirausahaan desa berbasis UMKM.

Dalam kontek Indramayu Barat, pendidikan tidak bisa berjalan sendiri. Ia harus menjadi ruang kolaborasi berbagai aktor melalui pendekatan pentaheliks. Itu artinya pemerintah daerah Indramayu perlu menyusun roadmap sumber daya manusia berbasis data lokal. Selanjutnya, perguruan tinggi seperti UNJ harus mendampingi sekolah dan pelatihan guru. Dunia usaha terlibat dalam pendidikan vokasi dan magang.

Tidak kalah pentingnya, lembaga keagamaan dan budaya menjaga nilai-nilai luhur lokal, yang didukung adanya komunitas masyarakat sipil mendorong gerakan literasi dan partisipasi warga. Dengan sinergi seperti itu, pendidikan menjadi pembangun jembatan antarsektor, bukan hanya urusan birokrasi semata.

Bayangkan jika anak-anak petani di Lelea atau Kandanghaur menjadi ahli teknologi agrikultur berbasis AI. Bayangkan santri madrasah di Gabuswetan menciptakan aplikasi digital untuk pemasaran hasil bumi. Semua itu bukan fantasi, tapi sangat mungkin—asalkan pendidikan menjadi panglima peradaban, bukan hanya pelengkap laporan tahunan.

Pembangunan peradaban bukanlah soal membangun jalan dan jembatan semata. Ia adalah soal membangun manusia: yang berpikir kritis, punya visi, dan berakar pada nilai-nilai luhur. Indramayu Barat telah memiliki fondasi sosial yang kuat—gotong royong, spiritualitas lokal, dan semangat kebersamaan.

Kini saatnya fondasi itu diperkuat pendidikan yang mencerdaskan, memanusiakan, dan membebaskan. Jika kita serius, tidak ada alasan Indramayu Barat tidak bisa menjadi model kebangkitan wilayah marginal berbasis pendidikan. Inilah waktunya. Semoga.* (mediaindonesia.com)

Editor
: Adelia Syafitri
Tags
komentar
beritaTerbaru