Dari 32% ke 19%: Ketika Kepentingan Buruh Jadi Fokus Diplomasi Prabowo

Bukan hanya menjaga ekspor, kebijakan ini menjaga martabat rakyat. Karena ketika seorang ibu buruh pabrik sepatu di Majalengka, seorang perajin rotan di Cirebon, atau seorang penjahit di Solo tetap bisa membawa pulang gaji, itu bukan karena angka defisit neraca dagang, tapi karena negara memilih untuk melindunginya.

Inilah bentuk diplomasi baru: bukan sekadar tentang nilai perdagangan, tapi tentang keberlanjutan hidup manusia. Dan Prabowo menempatkan rakyat di tengah meja perundingan.* (news.detik.com)

*) Penulis adalah Direktur Eksekutif Trias Politika Strategis.