BREAKING NEWS
Rabu, 10 September 2025

Melihat Lebih Dalam Revolusi Kelas Menengah

Redaksi - Selasa, 09 September 2025 07:35 WIB
Melihat Lebih Dalam Revolusi Kelas Menengah
Ilustrasi. (foto: Miftahul Hayat/JawaPos)
Berita Terkini, Eksklusif di Saluran WhatsApp bitvonline.com
+ Gabung

Aksi ini sebagai akibat artikulasi dari keresahan kelas menengah yang dirasakan saat ini. Bahkan jika kita lihat lebih jauh, tuntutan aksi demonstrasi tidak lagi sekadar memperjuangkan ekonomi, tapi juga isu etika, keadilan sosial, dan masa depan demokrasi. Masyarakat yang tergolong dalam kelas ini sudah skeptis terhadap janji-janji pembangunan yang dirasa tidak inklusif.

Parahnya, para elite politik kita sering kali gagal membaca dinamika yang terjadi di masyarakat. Pemerintah bersama elite-elite itu melihat protes ini sebagai hanya sebagai ulah anak muda yang belum paham realitas, atau sekadar keluhan kelas menengah urban semata. Padahal, jika ini diabaikan terus-menerus, keresahan ini bisa tumbuh menjadi alienasi kolektif yang jauh lebih berbahaya bagi legitimasi negara.

Baca Juga:

Saatnya Negara Mendengar

Lalu pertanyaannya sekarang adalah, jika sudah terjadi seperti ini apa yang harus dilakukan? Pertama, negara harus berhenti melihat kelas menengah hanya sebagai "pasar" atau cenderung mengabaikan bahkan. Mereka-mereka itu adalah warga negara yang memiliki harapan terhadap tata kelola publik yang adil dan inklusif.

Baca Juga:

Di sini pemerintah sebagai pembuat kebijakan adalah perlu mendengarkan dan membaca gelombang ini dengan jernih. Merespons kritik mereka dengan represif atau sinis hanya akan memperparah keadaan dan memperdalam jurang ketidakpercayaan.

Kedua, di situasi saat ini akademisi dan para kaum intelektual tidak boleh lagi bersikap pasif. Sudah saatnya ruang-ruang akademik menjadi pusat pembacaan kritis terhadap fenomena ini, bukan hanya mengandalkan jargon teoretis, tetapi dengan keberpihakan pada realitas sosial yang sedang terjadi dan berubah cepat.

Ketiga, penulis memiliki pandangan bahwa posisi kelas menengah ini sebagai "penjaga moral" masyarakat. Golongan ini adalah orang-orang memiliki kesadaran lebih tinggi terhadap nilai-nilai keadilan, demokrasi, dan pembangunan sosial.

Sehingga kelas menengah itu sendiri pun harus terus berjuang bahkan perlu melampaui sekadar retorika moral. Harus mengambil langkah nyata, dengan memperkuat konsolidasi lintas sektor-akademisi, buruh, mahasiswa, diver ojol, jurnalis, dan profesional muda-agar terbentuk sebuah ekosistem politik yang sehat dan representatif.

Terakhir, revolusi kelas menengah yang terjadi di Indonesia saat ini bukan sebuah anomali. Revolusi kelas menengah ini menandai fase baru dalam relasi negara-masyarakat.

Ini merupakan manifestasi dari krisis sistemik dalam demokrasi dan pembangunan kita. Jika tidak ditanggapi dengan serius, maka energi kritis ini akan membusuk menjadi sinisme. Tetapi jika dikelola dengan bijak, revolusi yang terjadi ini bisa menjadi kekuatan transformatif menuju masyarakat yang lebih adil dan demokratis.*(news.detik.com)

*) Penulis adalah Peneliti dan Dosen di Ekonomi Pembangunan, Universitas Atma Jaya Yogyakarta.

Editor
: Adelia Syafitri
0 komentar
Tags
beritaTerkait
Presiden Prabowo Instruksikan Percepatan Program Prioritas: Fokus pada Pangan, Sawah Baru, dan Desa Nelayan
Kodim 1617/Jembrana dan Bulog Gelar Gerakan Pangan Murah, Warga Desa Penyaringan Antusias Beli Beras Terjangkau
Gol Korea Selatan dari Sudut Maut Bikin Timnas U-23 Indonesia Tertinggal 0-1
Line Up Timnas Indonesia U-23 vs Korea Selatan: Duet Hokky Caraka dan Rafael Struick Jadi Andalan di Lini Depan!
Jenazah Staf KBRI Zetro Leonardo Purba Tiba di Jakarta, Suasana Haru Sambut Kepulangan
Retret dan Temu Rohani Katolik Keuskupan TNI-Polri Digelar di Muntilan
komentar
Masuk untuk memberikan atau membalas komentar.
beritaTerbaru