BREAKING NEWS
Sabtu, 27 September 2025

Oligarki Politik dan Ancaman Sistemik bagi Demokrasi

Redaksi - Jumat, 26 September 2025 08:12 WIB
Oligarki Politik dan Ancaman Sistemik bagi Demokrasi
Ilustrasi Oligarki. (foto: laman ahmadsastra)
Berita Terkini, Eksklusif di Saluran WhatsApp bitvonline.com
+ Gabung
Oleh:Didi Widayadi.

SAAT ini, Indonesia sedang menghadapi tantangan serius yang menggerus substansi demokrasi, berupa menguatnya praktik korupsi yang mengakar dalam sistem politik oligarkis. Fenomena ini bukan lagi sekadar kejahatan personal, tetapi telah menjadi bagian dari arsitektur kekuasaan itu sendiri. Jika tidak segera disikapi secara sistemik dan strategis, korupsi oligarki politik berpotensi menggiring Indonesia ke dalam stagnasi pembangunan, krisis legitimasi, dan kehancuran demokrasi.

Partai politik yang seharusnya menjadi pilar demokrasi menjelma menjadi instrumen oligarki. Penentuan pejabat publik, baik di eksekutif, legislatif, maupun yudikatif, sebagian besar dikendalikan oleh elite partai pemberi restu dan jaringan bisnis yang membiayainya. Tingginya biaya politik mendorong para calon pejabat untuk tunduk ke para penyokong modal, dan ketika kekuasaan diraih, yang pertama ditagih bukanlah janji kepada rakyat, melainkan 'balas budi' kepada sponsor.

Baca Juga:
Koalisi penguasa dan pengusaha menciptakan pusaran patronase yang sulit diputus. Kekuasaan politik menjadi pintu masuk untuk mengendalikan sumber daya ekonomi, proyek negara, bahkan sistem hukum. Penegakan hukum menjadi selektif, transaksional, dan seringkali digunakan untuk melindungi kekuatan politik tertentu sekaligus menekan lawan.

Dalam kondisi ini, korupsi tidak lagi bersifat insidental, melainkan sistemik sebagai pembusukan internal yang parah. Bahkan, lembaga pengawasan pun bisa dilumpuhkan, dan aktivis anti korupsi dikriminalisasi.

Menguatnya oligarki politik di Indonesia tidak terlepas dari sejumlah faktor kunci sebagai akar permasalahan. Pertama dan yang paling krusial, adalah adanya amendemen UUD 1945, yang alih-alih untuk meningkatkan kualitas demokrasi berbasiskan prinsip one man one vote, namun sayangnya tanpa disertai dengan penguatan institusi checks and balances sehingga memperkuat dominasi partai politik, membatasi peran DPD, membuat semunya sistem presidensial, dan mempersempit ruang partisipasi rakyat.

Kedua, mahalnya sistem pemilu yang mendorong maraknnya politik uang, menciptakan siklus ketergantungan yang berujung pada timbulnya korupsi kebijakan.

Ketiga, lemahnya pendidikan politik rakyat yang membuat masyarakat mudah dimanipulasi oleh narasi populis dan citra palsu. Partisipasi publik lebih bersifat seremonial, bukan substantif.
Editor
: Adelia Syafitri
0 komentar
Tags
beritaTerkait
Muhammad Shaqr Syafik Terpilih Sebagai Ketua OSIS SMA Negeri 7 Banda Aceh Periode 2025/2026
KPK Tegur Lisa Mariana: Ungkap Informasi Dugaan Korupsi BJB Harusnya di Penyidikan, Bukan di Instagram
Kapendam Jaya Benarkan Oknum TNI Aniaya Karyawan Zaskia Adya Mecca, Proses Hukum Berlangsung
Kapendam Jaya Benarkan Oknum TNI Aniaya Karyawan Zaskia Adya Mecca, Proses Hukum Berlangsung
Mantan Direktur Teknik Pelindo dan Dirut Dok Perkapalan Surabaya Jadi Tersangka Korupsi Pengadaan Kapal Tunda
BREAKING NEWS: KPK Tetapkan Dirut PT Wahana Adyawarna Menas Erwin Djohansyah sebagai Tersangka Suap ke Pejabat MA
komentar
Masuk untuk memberikan atau membalas komentar.
beritaTerbaru