BREAKING NEWS
Jumat, 05 Desember 2025

Mengenal PKj-TIM : Selamat Ulang Tahun Ke 57 Pusat Kesenian Jakarta Taman Ismail Marzuki 10 November 1968-2025

Raman Krisna - Selasa, 11 November 2025 14:32 WIB
Mengenal PKj-TIM : Selamat Ulang Tahun Ke 57 Pusat Kesenian Jakarta Taman Ismail Marzuki 10 November 1968-2025
Jose Rizal Manua. (Foto: Ist/ BITV)
Berita Terkini, Eksklusif di Saluran WhatsApp bitvonline.com
+ Gabung

Oleh: Jose Rizal Manua

PERTAMA kali saya ke Pusat Kesenian Jakarta- Taman Ismail Marzuki (PKJ-TIM), tahun 1972, nonton pementasan Teater Populer yang berjudul PERHIASAN GELAS, karya Tennesse Williams, terjemahan/ sutradara Teguh Karya. Penata Artistik Slamet Rahardjo Djarot. Dan dengan para pemain; N. Riantiarno, Titi Kadarsih, Silvia Widiantono dan George Kamarullah. Berkisah tentang seorang gadis pincang yang menghabiskan hidupnya dengan mainan-mainan kaca. Sebuah pertunjukan yang sangat mengesankan dan tak terlupakan. Pertunjukan ini menumbuhkan kecintaan saya pada dunia teater. Kecintaan terhadap seni teater ini diperkuat setelah saya menonton pementasan MASTODON DAN BURUNG KONDOR, karya/ sutradara W.S. Rendra. Produksi Bengkel Teater Yogya. Bertempat di Gelora Bung Karno, 15 Desember 1973. Disaksikan oleh 7 ribu penonton. Pertunjukan yang spektakuler ini menghipnotis saya, membuat saya "jatuh cinta" pada seni teater.

Seminggu kemudian, setelah menonton pementasan PERHISAN GELAS, Rendra Karno, aktor film tahun '50-an, yang juga pemimpin dan sutradara Teater Wijaya Kusuma, kembali mengajak saya ke PKJ-TIM untuk menjumpai sahabatnya, Djaduk Djajakoesoema, yang tinggal di samping Teater Terbuka, di kompleks PKJ-TIM. Dalam silaturahmi itu, Rendra Karno menitipkan saya pada Djaduk Djajakoesoema, karena saya berminat untuk bekerja di PKJ-TIM. Setelah itu Rendra Karno memperkenalkan saya dengan sahabatnya yang lain, Hardjana HS, Kepala Bagian Teater, PKJ-TIM. Kepada Hardjana HS, Rendra Karno juga menyampaikan hal yang sama. Akhirnya, Hardjana HS mengiakan, dan meminta saya untuk datang membantu pekerjaan artistik (menata set dekor, lampu, dan pekerjaan panggung lainnya) mulai keesokan harinya. Sejak itulah hingga sekarang saya berada di PKJ-TIM.

Baca Juga:

Tawaran Bekerja Di awal Januari 1973, Hardjana HS menawari saya menjadi karyawan PKJ-TIM, setelah beberapa bulan sebelumnya, melihat saya begitu bersemangat dalam menangani segala pekerjaan artistik. Dengan hati girang, saya persiapkan segala persyaratan atministratif. Dan sejak tahun 1973 itulah saya menjadi karyawan PKJ-TIM. Dan ketika di tahun 1975, pengelolaannya diambil alih oleh PEMDA DKI Jakarta, di mana seluruh karyawan diwajibkan untuk menjadi pegawai negeri, saya pun harus mematuhinya. Sejak tahun 1975 saya menjadi pegawai negeri PEMDA DKI Jakarta yang ditugaskan di Bagian Teater Pusat Kesenian Jakarta- Taman Ismail Marzuki (PKJ-TIM), hingga pensiun di tahun 2010.

Pusat Kesenian Jakarta- Taman Ismail Marzuki, yang diresmikan pada tanggal 10 November 1968 ini, di bangun atas gagasan beberapa seniman Jakarta, yang rancangan arsitekturnya dikerjakan oleh seniman (perupa, teater, film, tari, musik, dan sastra), dan diwujudkan oleh Insinyur Tjong, yang mewakili PEMDA DKI Jakarta, menjadi; Teater Tertutup, Teater Terbuka, Teater Arena, Teater Halaman, Teater besar, Sanggar Baru, Mesjid Amir Hamzah, Sanggar Tari Huriah Adam, Wisma Seni, dan perumahan anggota DKJ dan dosen IKJ, yang letaknya di sebelah Teater Terbuka, belakangan dibangun lagi satu gedung teater, diberi nama Graha Bhakti Budaya. Semua gedung-gedung tersebut sangat representatif untuk menampung segala jenis dan bentuk pertunjukan, baik yang klasik, yang tradisi, yang kerakyatan, maupun yang modern/ kontemporer.
Di teater Tertutup yang kapasitasnya 360 penonton, bisa diselenggarakan pementasan teater, tari, musik, sastra, bahkan untuk pemutaran film. Di Teater Terbuka yang kapasitas penontonnya 2.500 penonton juga bisa disenggarakan berbagai jenis dan bentuk pertunjukan.

Gedung-gedung yang saya sebutkan di atas, sekarang sudah dibongkar dan diganti dengan 2 Gedung, yaitu Teater besar (Teater Jakarta) dan Teater Kecil, dengan plaza yang luas. Gedung yang masih dipertahankan hingga hari ini adalah Graha Bhakti Budaya.Dinamika Pengelolaan

Di awal peresmiannya tahun 10 November 1968 oleh Gubernur Ali Sadikin, selama sepekan, berlangsung pesta seni nusantara yang sangat meriah, tidak hanya di area PKJ-TIM, akan tetapi meluber sampai di sepanjang jalan Cikini Raya. Sejak itu acara-acara kesenian yang bertaraf nasional dan internasional terus bergulir tanpa henti dengan karya-karya yang terjaga mutu seninya. Gubernur Ali Sadikin menyerahkan segalanya kepada seniman. Yang diwakili oleh Dewan Kesenian Jakarta dan Akademi Jakarta, yang sangat aktif , bersemangat dan penuh wibawa. Sedangkan manajemennya di kelola oleh swasta, dengan Suri Handono, sebagai General Manager.

Di tahun 1972, Suri Handono digantikan oleh Drs. Hazil Tanzil, yang menjabat sebagai General Manager PKJ-TIM hingga tahun 1982.

Di dalam Pusat Kesenian Jakarta- Taman Ismail Marzuki (PKJ-TIM), terdapat 5 lembaga, yaitu: Akademi Jakarta (AJ), wadahnya budayawan; Dewan Kesenian Jakarta (DKJ), wadahnya seniman; Lembaga Pendidikan Kesenian Jakarta (LPKJ), yang kemudian berubah menjadi Institut Kesenian Jakarta (IKJ) dan Pengelola Taman Ismail Marzuki (BP-TIM) yang bertugas mengurus seluruh kompleks dan yang terrakhir Yayasan Kesenian Jakarta (YKJ) yang baru direalisir pembentukannya pada tahun 1990. Lembaga ini bertugas mendukung dana untuk semua kegiatan dari lembaga-lembaga tersebut di atas dalam rangka meringankan beban Pemerintah DKI Jakarta.

Pada masa-masa kejayaan PKJ-TIM ini, masyarakat dapat menyaksikan ragam dan jenis pementasan yang bermutu. Baik yang tradisional maupun yang modern. Baik yang klasik maupun rang kontemporer. Bahkan seni-seni yang kerakyatan; seperti Dangdut, lenong, samrah, ongkek, mamanda, mendu, dll. Juga turut menyemarakkan PKJ-TIM ini. Di tahun-tahun tersebut muncul seniman-seniman hebat Indonesia, di antaranya; Rendra dengan Bengkel Teater Yogya, Arifin C. Noer dengan Teater Kecil, Teguh Karya dengan Teater Populer, Putu Wijaya dengan Teater Mandiri, Jim Adilimas dan Suratna Anirun dari Studi Teater bandung, Rahman Arge dengan Teater Makasar, Burhan Piliang dengan Teater nasional (TENA), Sardono W. Kusumo, Farida Sjuman, Huriah Adam, Yulianti Parani, Bagong Kussudiardja yang mengkombinasikan tari Jawa Klasik dengan Ballet, band Godbless, Guruh Gibsy, Affandi, Sudjoyono, Basuki Abdullah, Rusli, Seni-seni dari Kraton Yogyakarta, Surakarta, dan banyak lagi. Sedangkan seni manca negara yang pernah pentas di PKJ-TIM, antara lain; Ballet Martha Graham, Alvin Nikolai, Marcel Marceau (Pantomim), Teater Willams Shakespeare, dan banyak lagi.

Di tahun 1975, Gubernur Ali Sadikin membuat kebijakan, dengan mengangkat sebagian karyawan PKJ-TIM yang jumlahnya keseluruhannya mencapai 250 orang, menjadi PNS. Dengan maksud, agar gaji karyawan tidak membebani subsidi untuk AJ, DKJ, dan PKJ-TIM yang jumlahnya tidak mencukupi.Pergantian dari Bang Ali ke Bang Nolly

Baca Juga:

Setelah mengakhiri jabatannya di tahun 1977, Ali Sadikin digantikan oleh Tjokropranolo, yang menjabat hingga tahun 1982. Di era Gubernur Tjokropranolo, Jakarta mengalami perkembangan yang pesat dan ini berimbas pada PKJ-TIM, sarana rekreasi tumbuh di beberapa tempat, di antaranya; Taman Mini Indonesia Indah (TMII), Taman Impian Jaya Ancol, munculnya beberapa stasiun Televisi, dan bangkitnya perfilman Indonesia. Membuat pengunjung mulai berkurang, dan sebagian seniman yang sebelumnya secara berkala menggelar karyanya di PKJ-TIM, mulai beralih ke Film dan Televisi. Sementara itu, subsidi Pemda DKI yang jumlahnya Rp. 77 juta per tahun, tidak mengalami kenaikan yang signifikan. TIM yang semula seperti kapal pesiar yang mewah dan terlanjur berlayar ke tengah laut lepas, karena TIM sudah di kenal dunia internasional, tiba-tiba mulai ditinggal penumpang setianya, dan kapal sudah mulai rusak. Bocor di mana-mana dikala turun hujan, dan untuk kembali ke dermaga saja, mesin dan bensinnya sudah tidak sanggup. Anak buah kapal berjumlah 250 orang, semuanya harus digaji.

Editor
: Adelia Syafitri
0 komentar
Tags
beritaTerkait
Kejari Jakarta Timur Geledah Dua Lokasi, Dugaan Korupsi Mesin Jahit Bikin Heboh
Cuaca Jakarta Hari Ini: Mayoritas Wilayah Hujan Ringan, Waspadai Hujan Sedang di Selatan
Ghozi Zulazmi: Hari Pahlawan Jadi Momen Merefleksikan Perjuangan Bangsa
DPD RI Gelar Green Democracy Fun Walk, Fahira Idris: Inti Demokrasi Adalah Keadilan Sosial
Putra Aceh Jadi Lurah di Jakarta, Istrinya Seorang Polwan: Kisah Yasir Habib Putra Mengabdi untuk Negeri
Update Ledakan SMAN 72 Jakarta: Satu Terduga Pelaku, Polisi Selidiki Dugaan Bullying
komentar
Masuk untuk memberikan atau membalas komentar.
beritaTerbaru