BREAKING NEWS
Sabtu, 06 Desember 2025

Mengenal PKj-TIM : Selamat Ulang Tahun Ke 57 Pusat Kesenian Jakarta Taman Ismail Marzuki 10 November 1968-2025

Raman Krisna - Selasa, 11 November 2025 14:32 WIB
Mengenal PKj-TIM : Selamat Ulang Tahun Ke 57 Pusat Kesenian Jakarta Taman Ismail Marzuki 10 November 1968-2025
Jose Rizal Manua. (Foto: Ist/ BITV)
Berita Terkini, Eksklusif di Saluran WhatsApp bitvonline.com
+ Gabung

Drs. Soeparmo dengan Farida Oetoyo bukanlah hubungan atasan bawahan, tetapi dengan azas kesetaraan, sehingga tidak kaku dan pekerjaan menjadi lancar.- Bagi Sutardji Calzoum Bachri, Presiden Penyair Indonesia, sosok Soeparmo sangat menyenangkan. Pribadinya ramah dan sangat terbuka: "Apalagi dalam sikap dan perilakunya, Pak Parmo "sangat Jawa", kalem, dan senantiasa mau mendengar berbagai persoalan kesenian yang dihadapi para seniman, dan kemudian secara bersungguh-sungguh diupayakan jalan penyelesaiannya", ujar Sutardji.-

Baca Juga:

Rendra mengatakan: "Mencari orang seperti mas Parmo sukar sekali, apalagi disaat ini banyak orang mementingkan dirinya sendiri. Hidupnya adalah kebatinan. Kesadaran batin yang utama, yang berkembang adalah kalbu dan nurani. Ia memiliki kesadaran pencerahan dari kalbu dan pengembangan dari nurani".- Peristiwa yang bagi saya cukup monumental adalah, acara Baca Puisi Pejabat di Lapangan Monas, pada 16 Agustus 1990. Dalam rangka memperingat HUT Kemerdekaan R.I ke- 45, para pejabat antara lain; Moerdiono, Hendropriyono, Ruslan Abdul Gani, bersama Penyair Rendra, Sutardji Calzoum Bachri, KH. A. Mustofa Bisri, Emha Ainun Nadjib, Guruh Soekarno Putra, para pengusaha seperti Ciputra, dan para tokoh masyarakat lainnya, membacakan puisi-puisi kemerdekaan dalam satu panggung, hingga larut malam. Dan diliput secara luar oleh media masa di halaman pertama.

Yayasan Kesenian jakarta Pengabdian Soeparmo yang selanjutnya adalah mengusulkan dibentuknya Yayasan Kesenian Jakarta (YKJ), yayasan itu sengaja diusulkan oleh Soeparmo untuk menangani PKJ-TIM dan IKJ. Selain itu, yayasan itu didirikan untuk mengurangi campur tangan pemerintah di dalam PKJ-TIM. Yayasan itu pertama kali diketuai oleh H. Omar Abdalla dan diresmikan pada tanggal 8 Agustus 1089. Sejak itu pengelaolaan PKJ-TIM dan IKJ diserahkan kepada YKJ. Selanjutnya melalui surat keputusan YKJ Nomor 1, tahun 1990, tanggal 29 Januari 1990, Yayasan Kesenian Jakarta (YKJ) menunjuk Drs. Bur Rasuanto (sastrawan dan mantan wartawan perang Vietnam) menjadi Direktur Pusat Kesenian Jakarta- Taman Ismail Marzuki (PKJ-TIM) untuk menggantikan Drs. Soeparmo yang telah habis masa jabatannya.

Nama Ketua Badan Pengelola PKJ-TIM, diganti menjadi Direktur PKJ-TIM. Selama kepemimpinan Bur Rasuanto sebagai Direktur, PKJ-TIM, berkembang cukup siknifikan. Selama 1 ½ tahun kepemimpinannya, gaji karyawan PKJ-TIM dinaikkan sebanyak 3X, dan honor untuk semua seniman/ pengisi acara di PKJ-TIM ditingkatkan. Perkembangan kearah yang lebih baik, sungguh kentara, dan dinamika berkesenian cukup menggairahkan. Bur Rasuanto, cukup baik dalam membina hubungan dengan para seniman. Secara berkala ia sering bersilaturahmi, semisal, ke Bengkel Teater Rendra di Cipayung, Depok. Pemimpin yang sederhana ini, selalu ngantor jam 07.00 pagi. Menyapa siapa saja yang dijumpai. Bahkan sering berdiskusi dengan pekerja kebersihan, yang selalu datang lebih pagi. Bur Rasuanto adalah salah satu pemimpin terbaik yang pernah saya jumpai di PKJ-TIM. Selama kepemimpinannya, Bur Rasuanto dibantu oleh 2 sastrawan, Ramadhan K.H dan Hamid jabbar. Di awal kepemimpinannya, TIM sedang dililit utang dan kas yang kosong, tapi dalam tempo 3 bulan menjadi Direktur, TIM mengalami surplus 70 juta rupiah. Selama kepemimpinannya yang berlangsung hanya satu setengah tahun, Bur Rasuanto telah berhasil meningkatkan honorarium seniman (pengisi acara) di TIM, dan menaikkan gaji pegawai sebanyak 3x. Selama kepemimpinannya memang terjadi hubungan yang kurang harmonis antara PKJ-TIM dengan DKJ, yang hubungannya dengan acara/ program penyelenggaraan kesenian di TIM.

Kemudian Bur Rasuanto digantikan oleh Pramana Padmodarmaya. Setelah berakhirnya kepemimpinan Pramana Padmodarmaya, pengelolaan TIM kembali dipegang oleh PEMDA DKI Jakarta, hingga sekarang.

Tentang Graha Bhakti Budaya

Pelukis Hardi, dalam artikelnya yang berjudul TIM: Maju Kena Mundur Kena, di surat kabar Sinar Harapan, Rabu, 27 Juli 1083, mengatakan: "Tiga tahun yang lalu, tepatnya tanggal 30 Maret 1980, saya membikin suatu gerakan unjuk rasa, bersama Slamet Ryadi, pelukis, Dede Erri Supria, pelukis, Raymon, anak teater serta Yose Rizal (maksudnya Jose Rizal Manua), karyawan TIM dan kalau tak silap Baron Achmadi, orang film bersama grup musiknya. Sementara itu Sukendro dari Sinematografi siap dengan kamera 16 milimiter untuk mendokumentasikan peristiwa ini. Ya, kami protes ketika gedung Graha Bhakti Budaya akan dibangun. Karena ditempat akan dibangunnya Graha Bhakti Budaya adalah merupakan "hutan kecil", dimana terdapat pohon-pohon besar yang rimbun. Saya diminta oleh Hardi untuk memasang poster di salah satu pohon besar yang mengarah ke jalan, yang bertuliskan "Aku ini pohon yang jalan/ dari lingkungan yang terbuang/ apabila beton dan semen datang/ maka aku ditebang".

Aku ikut protes, karena di TIM sudah ada 5 gedung teater (Teater Arena, Teater Tertutup, Teater terbuka, Teater Besar, dan Teater Halaman). Kenapa harus dibangun lagi gedung teater, yang kemudian bernama Graha Bhakti Budaya, yang kemudian menghilangkan "hutan kecil" itu. Ketika Graha Bhakti Budaya diresmikan tahun 1983, gedung teater itu bocor di beberapa titik. Antara lain di bagian sisi kanan panggung, kama rias dan teras). Saya dengan I Gusti Kompyang Raka (pemimpin Sanggar Tari Saraswati), dengan stage crew yang lain terpaksa menampung air dengan beberapa ember.

Baca Juga:

Sejak diresmikan hingga dibongkar, tahun 2020 ini, Graha Bhakti Budaya, sudah mengalami beberapa kali renovasi, tapi kebocoran itu tidak pernah bisa diatasi, bahkan semakin parah. Dan balkon Graha Bhakti Budaya mengalami kerusakan yang cukup parah, tidak cukup kuat menopang beban, dan terpaksa harus diganjal. Dalam kondisi serupa itu, gedung Graha Bhakti Budaya tidak lagi bisa renovasi. Jadi memang harus direvitalisasi. Harus dibangun ulang, demi keamanan dan keselamatan. Saya berkantor di Graha Bhakti Budaya sejak diresmikannya, tahun 1983 hingga pensiun tahun 2010. Di Graha Bhakti Budaya, saya bertugas sebagai penata panggung, penata lampu, stage manager, hingga Kepala Bagian. Jadi saya tahu betul kondisi Graha Bhakti Budaya secara detail.

Semoga tulisan ini menjadi pelengkap dari banyak tulisan tentang Taman Ismail Marzuki yang sama kita cintai. (Jose Rizal Manua, adalah karyawan PKJ-TIM, bagian Teater, tahun 1973-2010).*

*)budayawan, sastrawan, pemeran, dan pelatih akting Indonesia

Editor
: Adelia Syafitri
0 komentar
Tags
beritaTerkait
Kejari Jakarta Timur Geledah Dua Lokasi, Dugaan Korupsi Mesin Jahit Bikin Heboh
Cuaca Jakarta Hari Ini: Mayoritas Wilayah Hujan Ringan, Waspadai Hujan Sedang di Selatan
Ghozi Zulazmi: Hari Pahlawan Jadi Momen Merefleksikan Perjuangan Bangsa
DPD RI Gelar Green Democracy Fun Walk, Fahira Idris: Inti Demokrasi Adalah Keadilan Sosial
Putra Aceh Jadi Lurah di Jakarta, Istrinya Seorang Polwan: Kisah Yasir Habib Putra Mengabdi untuk Negeri
Update Ledakan SMAN 72 Jakarta: Satu Terduga Pelaku, Polisi Selidiki Dugaan Bullying
komentar
Masuk untuk memberikan atau membalas komentar.
beritaTerbaru