BREAKING NEWS
Selasa, 29 Juli 2025

Siti Nurbaya: Pendidikan Anak Berkebutuhan Khusus adalah Kewajiban Etik, Bukan Sekadar Iba

Paul Antonio Hutapea - Sabtu, 19 Juli 2025 10:37 WIB
98 view
Siti Nurbaya: Pendidikan Anak Berkebutuhan Khusus adalah Kewajiban Etik, Bukan Sekadar Iba
Ketua Dewan Pertimbangan Partai NasDem, Prof. Dr. Ir. Siti Nurbaya, M.Sc. (foto: kompespedia)
Berita Terkini, Eksklusif di Saluran WhatsApp bitvonline.com
+ Gabung

MEDAN – Dalam upaya memperkuat kesadaran sosial terhadap pentingnya pendidikan inklusif, Perpustakaan Panglima Itam menggelar diskusi publik bertajuk "Pendidikan Anak Berkebutuhan Khusus & Refleksi Sosial Melalui Film Mama Jo".

Acara ini menjadi ruang refleksi sekaligus seruan moral untuk mewujudkan masyarakat yang inklusif bagi anak-anak berkebutuhan khusus (ABK).

Diskusi yang dipandu Kepala Perpustakaan Panglima Itam, Shanti Ruwyastuti, menghadirkan tokoh nasional Prof. Dr. Ir. Siti Nurbaya, M.Sc, yang juga menjabat Ketua Dewan Pertimbangan Partai NasDem. Ia membuka sesi dengan sambutan penuh empati dan komitmen.

Baca Juga:

"Saya hadir bukan hanya sebagai bentuk komitmen politik, melainkan panggilan hati," ujar Siti Nurbaya yang mengenang keterlibatannya dalam advokasi kelompok disabilitas bersama Wakil Ketua MPR RI Lestari Moerdijat (Rerie).

Acara ini juga menayangkan film "Mama Jo" karya Ineu Rahmawati, yang menggambarkan perjuangan seorang ibu dalam mendampingi anaknya yang menyandang cerebral palsy.

Baca Juga:

Tokoh "Jo" digambarkan memiliki impian menjadi polisi, meski keterbatasan fisik membatasi ruangnya.

Film ini menjadi titik tolak diskusi antara narasumber dan peserta untuk mengevaluasi sejauh mana ruang inklusif benar-benar tersedia dalam masyarakat Indonesia.

Turut hadir memberikan pandangan:

- Prof. Furtasan Ali Yusuf, Anggota Komisi X DPR RI

- Gufroni Sakaril, Ketua Dewan Pertimbangan Perkumpulan Penyandang Disabilitas Indonesia

Dalam pidato reflektifnya, Prof. Siti menyoroti tiga pesan utama dari film Mama Jo:

1. Keberterimaan Keluarga

"Menjadi orang tua bukan sekadar peran biologis, tetapi tugas eksistensial: memelihara jiwa lain dengan seluruh kasih," katanya.

Anak istimewa adalah amanah yang hanya bisa dirawat dengan cinta dan ketabahan.

2. Inklusi Sosial dan Pendidikan Setara

"Pendidikan sejati adalah yang menghormati keberagaman dan menjadikan empati sebagai jembatan," kata Siti mengutip John Dewey.

Pendidikan harus menjadi ruang tumbuh, bukan sekadar ruang ajar.

3. Empati dan Penghormatan terhadap Perbedaan

Mengutip Martin Buber, ia menekankan pentingnya melihat ABK sebagai subjek utuh, bukan sekadar objek belas kasihan.

"Anak istimewa tak butuh dikasihani, tapi dimuliakan," tegasnya.

Siti menyerukan agar negara hadir secara konkret, bukan sekadar normatif.

Ia menegaskan bahwa afirmasi terhadap ABK adalah keharusan etik, melalui:

- Kampanye publik edukatif untuk ubah persepsi masyarakat sejak dini

- Pembangunan infrastruktur ramah disabilitas: lift, trotoar rata, toilet khusus, media Braille dan audio

- Pendidikan inklusif berkualitas untuk meningkatkan mobilitas sosial ABK

- Peluang kerja setara, termasuk kuota kerja dan pelatihan kemandirian

"ABK bukan kelemahan, tapi keberagaman manusia. Pemerintah harus hadir dengan kebijakan yang benar-benar hidup di lapangan," tutup Siti.

Diskusi ini menjadi seruan bagi semua elemen bangsa, pemerintah, masyarakat, hingga dunia usaha, untuk bersama membangun Indonesia yang inklusif, adil, dan memuliakan keberagaman manusia.*

(tb/a008)

Editor
: Paul Antonio Hutapea
Tags
komentar
beritaTerbaru