BATU BARA – Ribuan hektare sawah di Kabupaten Batu Bara, Sumatera Utara, tak lagi bisa ditanami padi sejak 2022.
Kerusakan pada sistem irigasiBabolon membuat aliran air terhenti, sawah mengering, dan petani kehilangan mata pencaharian, kondisi ini membuat petani merugi besar dan berpotensi mengancam ketahanan pangan daerah.Ketua Himpunan Kerukunan Tani Indonesia (HKTI) Kabupaten Batu Bara, Andriansyah, SH, menjelaskan bahwa sumber pengairan utama bagi areal persawahan seluas ±10.065 hektare di empat kecamatan ini berasal dari Irigasi Babolon, yang dibangun pada 1980–1985 melalui kerja sama Indonesia–Australia.
"Irigasi Babolon sejak awal mampu mengairi lima daerah irigasi besar di Batu Bara, yaitu Tanjung Muda (1.165 ha), Perkotaan (3.350 ha), Simodong (2.650 ha), Cinta Maju (1.540 ha), dan Purwodadi (1.365 ha). Namun kini, seluruh wilayah tersebut mengalami krisis air," ujar Andriansyah.Sumber air baku Irigasi Babolon berasal dari Sungai Bah Bolon di Kabupaten Simalungun, yang mengalir ke Sungai Tanjung dan Sungai Sidaludalu.
Namun sejak 2022, terjadi gangguan serius pada sistem aliran:- Elevasi lantai Bendung Sei Manggar lebih tinggi dari permukaan air, sehingga air lebih banyak masuk ke Sungai Sidaludalu daripada Sungai Tanjung.
- Sendimentasi tinggi di Sungai Sei Tanjung mengurangi aliran air menuju Daerah Irigasi Tanjung Muda, Perkotaan, dan Simodong hingga kekeringan.