BREAKING NEWS
Jumat, 26 September 2025

Sejak 2022 Sawah Mengering, Petani Batu Bara Tak Bisa Menanam Padi karena Aliran Irigasi Terhenti

Muhammad Taufik - Selasa, 16 September 2025 16:21 WIB
Sejak 2022 Sawah Mengering, Petani Batu Bara Tak Bisa Menanam Padi karena Aliran Irigasi Terhenti
Sungai Bah Bolon di Kabupaten Simalungun. (foto: Ist/BITV)
Berita Terkini, Eksklusif di Saluran WhatsApp bitvonline.com
+ Gabung
BATU BARA – Ribuan hektare sawah di Kabupaten Batu Bara, Sumatera Utara, tak lagi bisa ditanami padi sejak 2022.

Kerusakan pada sistem irigasi Babolon membuat aliran air terhenti, sawah mengering, dan petani kehilangan mata pencaharian, kondisi ini membuat petani merugi besar dan berpotensi mengancam ketahanan pangan daerah.

Ketua Himpunan Kerukunan Tani Indonesia (HKTI) Kabupaten Batu Bara, Andriansyah, SH, menjelaskan bahwa sumber pengairan utama bagi areal persawahan seluas ±10.065 hektare di empat kecamatan ini berasal dari Irigasi Babolon, yang dibangun pada 1980–1985 melalui kerja sama Indonesia–Australia.

Baca Juga:
"Irigasi Babolon sejak awal mampu mengairi lima daerah irigasi besar di Batu Bara, yaitu Tanjung Muda (1.165 ha), Perkotaan (3.350 ha), Simodong (2.650 ha), Cinta Maju (1.540 ha), dan Purwodadi (1.365 ha). Namun kini, seluruh wilayah tersebut mengalami krisis air," ujar Andriansyah.

Sumber air baku Irigasi Babolon berasal dari Sungai Bah Bolon di Kabupaten Simalungun, yang mengalir ke Sungai Tanjung dan Sungai Sidaludalu.

Namun sejak 2022, terjadi gangguan serius pada sistem aliran:

- Elevasi lantai Bendung Sei Manggar lebih tinggi dari permukaan air, sehingga air lebih banyak masuk ke Sungai Sidaludalu daripada Sungai Tanjung.

- Sendimentasi tinggi di Sungai Sei Tanjung mengurangi aliran air menuju Daerah Irigasi Tanjung Muda, Perkotaan, dan Simodong hingga kekeringan.

- Bendung Cinta Maju jebol, sehingga air yang masuk ke Sungai Sidaludalu langsung terbuang ke laut tanpa bisa dimanfaatkan.

Akibat kondisi tersebut, lima daerah irigasi utama di Batu Bara, yaitu Cinta Maju, Purwodadi, Tanjung Muda, Perkotaan, dan Simodong, tidak lagi mendapatkan pasokan air yang cukup.

Dengan asumsi produksi padi normal sebesar 7 ton per hektare dalam satu musim tanam dan dua kali panen setahun, potensi kehilangan produksi akibat kekeringan ini diperkirakan mencapai 141.000 ton padi per tahun.

"Kehilangan produksi sebesar itu bukan hanya merugikan petani, tetapi juga berdampak pada ketersediaan pangan masyarakat secara luas," tegas Andriansyah.

Sejauh ini, masyarakat sudah melakukan berbagai upaya darurat, antara lain gotong royong membangun tanggul pengarah aliran air ke Sungai Tanjung, serta pembuatan tanggul sementara di Bendung Cinta Maju. Namun, hasilnya belum signifikan.

Masyarakat juga telah melakukan audiensi dengan Dinas PUPR Provinsi Sumatera Utara dan mendapat perhatian dari Gubernur Sumatera Utara pada kunjungan 11 Juli 2025. Sayangnya, hingga kini belum ada tindak lanjut nyata.

Karena itu, HKTI Kabupaten Batu Bara mengajukan solusi utama:

1. Pembangunan check dam untuk meninggikan elevasi air di Bendung Sei Manggar.

2. Pengorekan sendimentasi di hilir Bendung Sei Manggar sepanjang ±7.000 meter.

3. Rehabilitasi Bendung Cinta Maju yang rusak.

"Atas nama petani di Kabupaten Batu Bara, kami berharap Bapak Bupati Batu Bara dapat segera menindaklanjuti permasalahan ini dengan serius, serta mendorong sinergi bersama Pemerintah Provinsi Sumatera Utara dan pemerintah pusat," ujar Andriansyah.

Lebih lanjut, pihaknya juga memohon perhatian kepada Gubernur Sumatera Utara, Menteri Pertanian, hingga Presiden Republik Indonesia, agar masalah irigasi di Batu Bara segera mendapatkan solusi nyata.

"Petani sangat berharap ada langkah cepat dan tegas dari semua tingkatan pemerintahan. Tanpa perbaikan irigasi, ketahanan pangan daerah bahkan nasional bisa terganggu," pungkasnya.*

Editor
: Adelia Syafitri
0 komentar
Tags
beritaTerkait
Gubernur Bobby Nasution Apresiasi Petani Hutan: Kemenyan Bisa Angkat Ekonomi Sumut
Mentan: Hingga September 2025, Indonesia Tidak Impor Beras
Sudaryono Kecam Penipuan Pupuk Subsidi Marak di TikTok: Saya Geram, Petani Jadi Korban!
NTB Berstatus Awas Kekeringan: 11 Kecamatan Terdampak, Warga Diimbau Hemat Air
Teknologi SIMKAT dari Al-Azhar Medan Bantu Petani Ikan di Sei Semayang Awasi Kualitas Air Secara Digital
Babinsa Jambewangi Dampingi Petani Panen Padi, Wujud Nyata Dukungan TNI terhadap Ketahanan Pangan
komentar
Masuk untuk memberikan atau membalas komentar.
beritaTerbaru