JAKARTA – Politikus senior PDI Perjuangan, Beathor Suryadi, kembali memantik kontroversi dengan pernyataannya yang menyebut Presiden Joko Widodo menggunakan ijazah palsu.
Pernyataan ini disampaikan dalam sebuah diskusi di kanal YouTube bersama mantan Ketua KPK Abraham Samad, Senin (23/6/2025).
Dalam perbincangan tersebut, Beathor mengklaim bahwa ijazah Jokowi dicetak ulang di Pasar Pramuka, Jakarta Pusat, pada tahun 2012 saat mencalonkan diri sebagai Gubernur DKI Jakarta.
Klaim ini, menurut Beathor, didasarkan pada informasi dari sejumlah narasumber yang ia sebut terpercaya, termasuk aktivis Roy Suryo dan Bambang Tri, yang sebelumnya juga menyuarakan isu serupa.
"Kawan-kawan Roy Suryo, Rismon, dan Tifa menyatakan ijazah itu tidak asli. Ketika kami ke UGM untuk konfirmasi, jawabannya tidak memuaskan," ujar Beathor.
Ia juga menyinggung pernyataan mantan Rektor UGM, Sofyan Effendi, yang disebut pernah mengatakan bahwa nama Joko Widodo tidak tercatat di Fakultas Kehutanan.
Pernyataan ini dijadikan dasar oleh Beathor untuk semakin yakin atas dugaan pemalsuan ijazah tersebut.
Lebih lanjut, Beathor membocorkan bahwa praktik penggunaan ijazah palsu bukan hal baru di kalangan politisi.
Ia mengungkap banyak kader PDIP yang disebutnya pernah menggunakan ijazah palsu untuk syarat pencalonan sebagai kepala daerah maupun anggota legislatif.
"Di awal reformasi, banyak kader PDIP jadi anggota dewan, bupati, gubernur, dengan ijazah palsu. Polisi pun tahu soal ini. Ijazah itu dicetak di Pasar Pramuka," bebernya.
Beathor bahkan menyebut nama "Deni", seorang aktivis PDIP di Jakarta, sebagai sosok yang disebut merancang pembuatan ijazah palsu bagi Jokowi.
Ia mengklaim bahwa seluruh jenjang ijazah Jokowi, dari SD hingga SMA, diduga direkayasa oleh Deni dan timnya.