Meskipun namanya tidak setenar tokoh politik lainnya, jejak langkah Thamrin dalam memperjuangkan hak-hak pekerja tak bisa dihapus dari sejarah perburuhan negeri ini.
Ia menjadi simbol perjuangan akar rumput, yang dari lantai pabrik hingga forum nasional, mampu menunjukkan bahwa suara buruh bisa menggema jika diperjuangkan dengan konsisten dan berani.
Thamrin Mosii memulai perjalanan panjangnya dalam dunia serikat pekerja pada 1987, saat bekerja di pabrik Panasonic.
Kondisi kerja buruh yang jauh dari layak, dengan upah yang sering tidak ditegakkan, jam kerja panjang, dan minimnya perlindungan hukum, membuat banyak pekerja rentan terhadap eksploitasi.
Thamrin tidak tinggal diam, ia mendirikan serikat pekerja di pabriknya dan terpilih menjadi ketua serikat buruh Panasonic.
Dari pabrik ini, perjuangannya semakin besar, dan Thamrin memprakarsai lahirnya Federasi Serikat Pekerja Metal Indonesia (FSPMI), sebuah organisasi yang menjadi rumah bagi buruh di sektor industri logam, elektronik, otomotif, dan lainnya.
Bersama tokoh buruh lainnya, seperti Said Iqbal dan Jacob Ereste, Thamrin memperjuangkan hak-hak buruh di tingkat nasional.