BREAKING NEWS
Selasa, 21 Oktober 2025

Menag Nasaruddin Umar Ajak Tokoh Agama Berikan Kritik Konstruktif terhadap Negara

BITVonline.com - Sabtu, 11 Januari 2025 13:28 WIB
Menag Nasaruddin Umar Ajak Tokoh Agama Berikan Kritik Konstruktif terhadap Negara
Berita Terkini, Eksklusif di Saluran WhatsApp bitvonline.com
+ Gabung

Makassar – Menteri Agama Republik Indonesia, Nasaruddin Umar, mengajak para tokoh agama untuk tidak ragu memberikan kritik terhadap negara demi memperkuat kehidupan berbangsa dan bernegara. Dalam acara yang diselenggarakan di Asrama Haji Makassar pada Jumat (10/1/2025), Menag menegaskan bahwa tokoh agama perlu menjaga independensinya agar bisa menjalankan fungsi kritisnya dalam kehidupan bernegara.

“Jangan takut, Bapak-Ibu, agama apa pun itu, berikanlah fungsi kritisnya terhadap negara,” ujar Menag kepada para tokoh lintas agama yang hadir. Menurut Nasaruddin, agama harus tetap independen agar bisa menjalankan fungsi pentingnya dalam memberikan kritik dan masukan kepada negara. Ia mengingatkan bahwa negara harus terbuka terhadap kritik tersebut dan tidak boleh merasa di atas segalanya.

“Kita bukan negara Hegel, di mana negara dianggap di atas segalanya,” lanjut Nasaruddin. Menag juga menekankan pentingnya hubungan yang harmonis dan seimbang antara agama dan negara. Ia berpendapat bahwa jika agama terlalu bergantung pada negara, kemampuan agama untuk memberikan kritik konstruktif akan hilang.

“Ketika agama dan pemimpinnya terlalu bergantung pada pembiayaan negara, maka independensinya berkurang. Bagaimana agama bisa kritis jika ketergantungannya sepenuhnya kepada negara?” ungkapnya. Nasruddin juga mengingatkan agar pemimpin agama tidak menjadi subordinasi negara. Ia menegaskan bahwa ulama memiliki kewenangan untuk memberi fatwa, bukan pemerintah. Pemerintah, lanjutnya, hanya perlu memfasilitasi umat beragama, bukan mendominasi agama.

“Pemerintah hanya perlu memfasilitasi umat beragama, bukan mendominasi agama,” tegas Menag. Lebih lanjut, Menag juga mengingatkan akan bahaya jika agama dijadikan alat legitimasi politik. Ia menilai bahwa agama yang digunakan untuk kepentingan politik tertentu dapat kehilangan wibawanya di mata masyarakat. Menurutnya, ketika agama tidak lagi mencerahkan masyarakat, terutama generasi muda, maka mereka akan mulai menjauh dari agama, seperti yang terjadi di negara-negara Barat.

Menag berharap agar hubungan antara agama dan negara dapat berjalan paralel, saling menguatkan dalam membangun bangsa. “Kita tidak ingin agama maupun negara menjadi lemah. Keduanya harus sama-sama kuat, itulah Indonesia,” tegasnya.

(christie)

0 komentar
Tags
komentar
Masuk untuk memberikan atau membalas komentar.
beritaTerbaru