MALANGĀ -Banyak kerajaan besar di Jawa Timur yang eksis pada zamannya. Itu terbukti dari temuan prasasti di Jawa Timur yang menjadi bagian dari catatan sejarah perkembangan peradaban Indonesia.
Salah satu kerajaan bercorak Hindu-Budha di Jawa Timur adalah Kerajaan Kanjuruhan. Dikutip dari buku Mengenal Kerajaan-Kerajaan Nusantara oleh Deni Prasetyo, Kerajaan Kanjuruhan diyakini sebagai Kerajaan Hindu-Buddha tertua di Jawa Timur.
Bukti keberadaan Kerajaan Kanjuruhan ditemukan pada Prasasti Dinoyo yang berangka tahun 682 Saka atau 760 masehi.
Prasasti Dinoyo bertuliskan huruf Jawa Kuno dengan bahasa Sanskerta. Prasasti yang ditemukan di Desa Merjosari, Malang itu menceritakan tentang para penguasa Kerajaan Kanjuruhan.
Penguasa Kerajaan Kanjuruhan yang pertama adalah Raja Dewasimha. Pada masa kepemimpinannya, Raja Dewasimha memerintah rakyatnya untuk mengagungkan Dewa Siwa.
Setelah meninggal, Raja Dewasimha kemudian digantikan oleh putranya yang bernama Liswa atau lebih dikenal sebagai Gajayana. Pada masa pemerintahan Raja Gajayana, Kerajaan Kanjuruhan mengalami perkembangan pesat dalam bidang pemerintahan, sosial, ekonomi maupun seni Budaya.
Kekuasaan Kerajaan Kanjuruhan meliputi lereng timur dan barat Gunung Kawi, hingga mencapai ke area Pegunungan Tengger Semeru. Selain itu, jarang terjadi peperangan, pencurian, dan perampokan. Sebab, Raja Gajayana selalu bertindak tegas sesuai hukum.
Raja Gajayana juga membuat sebuah tempat pemujaan Resi Agastya, yang diresmikan pada 760 M dengan upacara oleh pendeta ahli Weda. Dibangun pula arca sang Resi Agastya dari batu hitam yang sangat elok.
Raja Gajayana memiliki seorang putri bernama Uttejana, yang kemudian dinikahkan dengan Pangeran Jananiya dari Paradeh. Setelah Raja Gajayana meninggal, Kerajaan Kanjuruhan dipimpin oleh Pangeran Jananiya.
Keberadaan Kerajaan Kanjuruhan dipandang sebagai tonggak awal pertumbuhan pusat pemerintahan, yang kemudian berkembang menjadi Kota Malang.
MASA RUNTUH KERAJAAN KANJURUHAN
Semua raja Kerajaan Kanjuruhan terkenal akan kebijaksanaan, keadilan, serta kemurahan hatinya. Rakyat pun mencintai para rajanya. Namun, Kerajaan Kanjuruhan tidak bertahan lama karena ditaklukkan Kerajaan Mataram Kuno.
Sekitar tahun 847 Masehi, Kerajaan Mataram Kuno di Jawa Tengah dipimpin Sri Maharaja Rakai Pikatan Dyah Saladu. Dikutip dari laman Universitas Krisnadwipayana, Rakai Pikatan terkenal bijak dan tidak sewenang-wenang.
Di bawah pemerintahannya, Kerajaan Mataram Kuno berkembang pesat. Rakai Pikatan disegani oleh raja-raja diseluruh Pulau Jawa.
Sebab, perluasan wilayahnya selalu berhasil. Sehingga Kerajaan Mataram Kuno dikenal sebagai kerajaan yang memiliki wilayah yang lapang, tentara yang kuat, dan warganya sangat banyak.
Perluasan Kerajaan Mataram Kuno terus berlanjut hingga ke Pulau Jawa bagian timur. Ketika Kerajaan Mataram Kuno diperintah oleh Sri Maharaja Rakai Watukura Dyah Balitung, Kerajaan Kanjuruhan berada dalam kekuasaan Kerajaan Mataram Kuno.
Meski begitu, Kerajaan Kanjuruhan tetap memerintah di wilayahnya. Para penguasa Kerajaan Kanjuruhan menjadi penguasa daerah dengan gelar Rakyan Kanuruhan.
PENINGALAN KERJAAN KANJURUHAN
Berikut beberapa peninggalan bersejarah dari Kerajaan Kanjuruhan:
1.Prasati Dinoyo
Prasasti Dinoyo merupakan salah satu bukti keberadaan Kerajaan Kanjuruhan. Kini, Prasasti Dinoyo telah menjadi salah satu benda cagar budaya yang disimpan di Museum Nasional Jakarta.
2.Candi Badut
Candi Badut atau yang dikenal sebagai Candi Liswa ini berlokasi di Desa Karangbesuki, Dau, Malang. Candi yang ditemukan pada tahun 1923 ini diduga sebagai candi tertua di Jawa Timur.
Candi Badut memiliki ciri khas berupa pahatan kalamakara pada ambang pintu yang dibuat tanpa rahang bawah.
3,Candi karangbesuki
Candi Karangbesuki berlokasi di Desa Karangbesuki, Sukun, Malang. Bentuk Candi Karangbesuki yang sudah tidak utuh, yang hanya meninggalkan alas dan pondasi menyebabkan candi ini dikenal sebagai Candi Wurung.
(Dadang)