BREAKING NEWS
Jumat, 02 Mei 2025

Puasa: Momen Kebahagiaan Spiritual yang Melampaui Kenikmatan Materi

Justin Nova - Rabu, 19 Maret 2025 08:03 WIB
114 view
Puasa: Momen Kebahagiaan Spiritual yang Melampaui Kenikmatan Materi
Ilustrasi.
Berita Terkini, Eksklusif di Saluran WhatsApp bitvonline.com
+ Gabung

BITVONLINE.COM -Dalam kehidupan manusia, salah satu prinsip dasar yang sering dijadikan acuan adalah mencari kenyamanan dan kebahagiaan.

Sebagai makhluk biologis, manusia cenderung mendekati hal-hal yang membuat hidupnya nyaman dan menghindari apa yang membuatnya terancam.

Namun, prinsip ini seolah tidak berlaku dalam konteks puasa.

Baca Juga:

Puasa, yang mengharuskan umat Muslim menahan lapar dan dahaga dari pagi hingga petang selama satu bulan penuh, justru menjadi momen yang sangat dinantikan dan dirindukan oleh banyak orang.

Puasa dan Kebahagiaan yang Berbeda

Baca Juga:

Dari perspektif psikoanalisis, kebahagiaan biasanya dihubungkan dengan kenikmatan fisik dan kenyamanan.

Namun, puasa seakan menjadi anomali dalam konsep tersebut.

Lapar dan haus yang seharusnya menjadi penderitaan, justru menjadi pengalaman yang membawa kebahagiaan bagi umat Muslim.

Bagaimana bisa? Ini karena puasa memiliki makna yang jauh lebih dalam dari sekadar menahan lapar dan haus. Puasa adalah bentuk pengendalian diri, sebuah jalan untuk mencapai kebahagiaan spiritual, dan salah satu bentuk ibadah yang mendekatkan diri kepada Tuhan.

Puasa dalam Konteks Kebahagiaan Eudamonik

Filsafat kebahagiaan, khususnya konsep eudamonisme, mengajarkan bahwa kebahagiaan sejati tidak selalu datang dari kenyamanan material, tetapi justru berasal dari pencapaian pribadi dan makna hidup.

Dalam konteks ini, puasa menjadi salah satu contoh nyata dari kebahagiaan eudamonik, yakni kebahagiaan yang tercipta meskipun ada pengorbanan dan usaha keras.

Meskipun tubuh menahan lapar dan dahaga, puasa memberikan kebahagiaan karena adanya makna spiritual, seperti pengendalian diri, kesabaran, dan rasa syukur.

Pendekatan Psikologi Positif terhadap Puasa

Martin Seligman, bapak psikologi positif, mengembangkan model PERMA yang mencakup lima elemen kebahagiaan: positive emotion, engagement, relationship, meaning, dan achievement. Berikut adalah bagaimana puasa bisa memberikan kebahagiaan menurut model ini:

Positive Emotion (Emosi Positif)

Meskipun puasa dapat melemahkan fisik, secara psikologis, puasa menghasilkan emosi positif melalui ketenangan batin, rasa syukur, dan kebahagiaan saat berbuka puasa.

Puasa memberi kesempatan untuk beribadah dan melakukan refleksi diri, yang membantu mengurangi stres dan memberikan kedamaian.

Engagement (Keterlibatan)

Puasa melatih individu untuk fokus pada diri sendiri dan mengendalikan keinginan, yang pada gilirannya membantu seseorang menjadi lebih mindful dan tidak berlebihan dalam berbagai aspek kehidupan.

Ini adalah latihan dalam pengendalian diri yang memiliki dampak positif pada kesejahteraan mental.

Relationship (Hubungan Sosial)

Meskipun puasa adalah ibadah perorangan, momen berbuka dan sahur bersama keluarga atau teman dapat mempererat hubungan sosial.

Puasa mengajarkan kepedulian terhadap orang lain dan mengingatkan kita untuk merasakan penderitaan orang yang kurang beruntung.

Meaning (Makna)

Puasa memiliki makna spiritual yang mendalam. Ini adalah kesempatan untuk mendekatkan diri kepada Tuhan dan mencapai kedamaian rohani.

Puasa bukan hanya soal menahan lapar, tetapi juga soal mencari kedekatan dengan Sang Pencipta dan menemukan makna hidup yang lebih besar.

Achievement (Pencapaian)

Menyelesaikan puasa sebulan penuh adalah pencapaian besar. Itu adalah kemenangan atas hawa nafsu dan godaan duniawi, yang memberikan rasa bangga dan percaya diri, serta meningkatkan pencapaian spiritual.

Puasa yang Membawa Kebahagiaan

Rasulullah SAW mengajarkan bahwa puasa yang dapat membawa kebahagiaan bukanlah puasa yang hanya sekadar menghindari makan dan minum.

Puasa yang sejati adalah puasa yang dilakukan dengan penuh ketulusan, kesabaran, dan pengharapan untuk meraih ridho Allah SWT. Puasa yang dilakukan dengan sepenuh hati tidak hanya memberikan pahala yang besar, tetapi juga kebahagiaan dan kepuasan spiritual yang tak ternilai.

Puasa bukanlah sekadar menahan lapar dan haus, melainkan sebuah perjalanan spiritual yang dapat membawa kebahagiaan yang lebih dalam. Dalam kebahagiaan yang didapat dari puasa, ada makna, pencapaian, hubungan sosial yang lebih erat, serta emosi positif yang membawa kedamaian.

Puasa mengajarkan kita bahwa kebahagiaan tidak selalu datang dari kenyamanan materi, tetapi dari pengendalian diri, pencapaian spiritual, dan kedekatan dengan Tuhan.

Editor
: Justin Nova
Tags
beritaTerkait
Jadwal Buka Puasa Ramadan 1446 H untuk Kota Medan dan Seluruh Sumatera Utara, 25 Maret 2025
Waktu Terbaik untuk Bayar Zakat Fitrah, Jangan Sampai Terlewat!
Jadwal Buka Puasa Hari Ini untuk Jakarta dan Sekitarnya, Jumat 14 Maret 2025
Bolehkah Makan di Depan Orang yang Berpuasa? Ini Penjelasan Para Ustaz!
Jadwal Berbuka Puasa di Batam dan Sekitarnya 7 Maret 2025, Simak Waktu Magrib dan Isya!
Lucinta Luna Ungkap Kondisi Nikita Mirzani di Tahanan, Tetap Bahagia dan Puasa Ramadan
komentar
beritaTerbaru