BREAKING NEWS
Senin, 03 November 2025

Dari Khalifah hingga Sedekah: Perspektif Teoekologi dalam Pelestarian Alam

T.Jamaluddin - Minggu, 26 Oktober 2025 08:11 WIB
Dari Khalifah hingga Sedekah: Perspektif Teoekologi dalam Pelestarian Alam
Pengajian Rutin Ahad Subuh bersama Prof. DR.Ali Abubakar, Akademisi, Aktivis Da'wah , Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Aceh.(Foto: Ist/BITV)
Berita Terkini, Eksklusif di Saluran WhatsApp bitvonline.com
+ Gabung

BANDA ACEHTeoekologi merupakan gabungan dari dua kata: teo, yang berarti Tuhan, dan logi, yang berarti ilmu.

Secara sederhana, teoekologi adalah ilmu yang mempelajari hubungan antara Tuhan dan lingkungan.

Pendekatan ini menekankan bahwa isu lingkungan bukan hanya persoalan teknis atau ilmiah, melainkan juga terkait dengan nilai-nilai ketuhanan dan tanggung jawab spiritual manusia terhadap alam.

Baca Juga:

Sejarah pemikiran manusia menunjukkan perjalanan dari kepercayaan mitos menuju rasionalitas. Dalam tradisi Yunani, manusia awalnya mempercayai kekuatan alam seperti bintang, laut, dan langit.

Seiring waktu, manusia beralih dari mitos menuju logos—berpikir secara rasional dan ilmiah. Kata logos sendiri memiliki makna ganda: ilmu pengetahuan dan akal sehat.

Islam telah mengintegrasikan nilai ketuhanan dan akal sejak awal. Dalam Al-Qur'an, surat Al-Baqarah ayat 30, Allah menegaskan bahwa manusia diciptakan sebagai khalifah di bumi.

Para ulama tafsir menjelaskan, makna khalifah mencakup tanggung jawab menjaga, mengelola, dan melestarikan alam sebaik-baiknya.

Di era modern, kerusakan lingkungan menjadi isu global akibat gaya hidup konsumtif, eksploitasi sumber daya alam, dan pembangunan yang tidak ramah lingkungan. Padahal, Al-Qur'an dalam surat Ar-Rahman ayat 7–9 menegaskan:


"Dan langit telah Dia tinggikan dan Dia ciptakan keseimbangan (mizan). Supaya kamu jangan merusak keseimbangan itu."

Ayat ini menekankan pentingnya keseimbangan alam. Pelanggaran terhadap keseimbangan tersebut akan membawa kehancuran bagi manusia dan makhluk lain.

Konsep pelestarian alam juga tercermin dalam budaya lokal dan global. Di Indonesia, bumi disebut "Ibu Pertiwi", di Filipina dikenal sebagai Inang Bayan, dan dalam istilah internasional dikenal sebagai Mother Earth atau Motherland.

Bumi diperlakukan seperti seorang ibu—memberi, merawat, dan harus dilindungi.

Editor
: Mutiara
0 komentar
Tags
beritaTerkait
Satgas Yonif 741/GN Pos Dafala Terima Penyerahan Senjata dan Munisi dari Masyarakat Perbatasan
Razia Humanis di Rutan Medan, Petugas Sasar Barang Terlarang dan Penertiban Listrik
Jokowi bukan Nabi
Polda Metro Jaya Lakukan Pendekatan Rohani untuk Cegah Peredaran Narkoba di Kampung Ambon Jakarta Barat
Rutan Kabanjahe Gelar Kegiatan Humanis, Nikmati Jagung Rebus Bersama Warga Binaan
Jelang Pemilu, Waka MPR Imbau Masyarakat Bijak Dalam Memilih Calon Pemimpin
komentar
Masuk untuk memberikan atau membalas komentar.
beritaTerbaru