"Yang kita lakukan adalah hanya mengubah asal impor migas, dari yang sebelumnya banyak dari Timur Tengah, Afrika, dan Asia Tenggara, kini akan lebih banyak dari Amerika Serikat," ujarnya.
Langkah pengalihan ini dinilai Bahlil tidak akan menimbulkan konflik diplomatik, mengingat tidak ada perjanjian perdagangan mengikat dengan negara-negara penyuplai sebelumnya.
"Ya ini kan persoalan dagang aja. Kita juga enggak ada keterikatan. Biasa aja dagang," tambahnya.
Langkah ini menunjukkan komitmen Indonesia dalam menjaga hubungan dagang strategis dengan Amerika Serikat, di tengah tekanan tarif dagang dari pemerintahan Trump yang berpotensi memukul produk ekspor domestik.*