BREAKING NEWS
Senin, 06 Oktober 2025

Konflik India-Pakistan Ancam Ekspor Batu Bara dan Sawit Indonesia?

Justin Nova - Minggu, 11 Mei 2025 08:33 WIB
Konflik India-Pakistan Ancam Ekspor Batu Bara dan Sawit Indonesia?
Ilustrasi tambang batu bara.
Berita Terkini, Eksklusif di Saluran WhatsApp bitvonline.com
+ Gabung

bitvonline.com Ketegangan geopolitik antara India dan Pakistan dikhawatirkan dapat membawa dampak signifikan terhadap ekspor batu bara dan minyak kelapa sawit (CPO) Indonesia.

Kedua negara Asia Selatan tersebut selama ini menjadi pasar utama komoditas ekspor Indonesia, terutama dalam sektor energi dan agribisnis.

India sebagai salah satu pengimpor batu bara terbesar dari Indonesia diprediksi akan memangkas permintaan jika konflik militer terus berlanjut. Ketua Indonesian Mining Institute, Irwandy Arif, menyebut bahwa anggaran India yang terkonsentrasi untuk pembiayaan perang berpotensi mengurangi kemampuan pembelian batu bara.

"Perang India dan Pakistan tentunya akan menyedot anggaran pemerintah India. Jika berkepanjangan, pembelian batu bara, termasuk dari Indonesia, bisa terdampak," ujar Irwandy kepada kumparan, Minggu (11/5/2025).

Ekspor Batu Bara Terancam

Data Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan, pada kuartal I 2025, ekspor batu bara Indonesia ke India mencapai 25,5 juta ton. Sepanjang tahun 2024, India bahkan menjadi negara tujuan ekspor batu bara terbesar, dengan volume 108 juta ton.

Pakistan sendiri juga mengimpor batu bara dari Indonesia, meskipun dalam jumlah yang jauh lebih kecil. Sepanjang 2024, hanya 600 ribu ton dikirim ke Pakistan dari satu importir terbesar, dan data dari importir lainnya masih belum tersedia.

Dampak ke Ekspor CPO

Selain batu bara, ekspor minyak sawit (CPO) Indonesia juga terancam. India tercatat mengimpor sekitar 5 juta ton CPO per tahun, sementara Pakistan sekitar 3 juta ton per tahun dari Indonesia. Potensi perang berkepanjangan akan mengganggu stabilitas perdagangan ini.

Ketua Umum GAPKI (Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia), Eddy Martono, berharap konflik tidak berlangsung lama. Ia juga menyatakan bahwa diversifikasi pasar menjadi langkah penting ke depan.

"GAPKI bersama Kementerian Luar Negeri berencana ke Mesir akhir Mei ini sebagai bagian dari diversifikasi pasar. Mesir saat ini baru mengimpor sekitar 840 ribu ton per tahun, padahal potensinya besar sebagai hub kawasan Afrika dan Timur Tengah," ujar Eddy.

Editor
: Justin Nova
0 komentar
Tags
komentar
Masuk untuk memberikan atau membalas komentar.
beritaTerbaru