JAKARTA– Pemerintah menargetkan kemiskinan ekstrem di Indonesia harus tuntas paling lambat pada tahun 2026, sebagaimana disampaikan Wakil Menteri Sosial (Wamensos) Agus Jabo Widiyanto.
Arahan tersebut datang langsung dari Presiden Prabowo Subianto.
"Pak Presiden menginstruksikan, yang miskin ekstrem yang berjumlah 3,17 juta ini di tahun 2026 harus selesai," ujar Agus dalam diskusi publik di kawasan Menteng, Jakarta, Sabtu (24 Mei 2025).
Arahan ini disampaikan setelah Presiden menerima Data Tunggal Sosial Ekonomi Nasional (DTSEN), sebuah basis data terpadu terbaru yang menjadi acuan utama dalam kebijakan sosial dan perlindungan sosial.
DTSEN yang ditetapkan melalui Instruksi Presiden (Inpres) Nomor 4 Tahun 2025, mencatat bahwa jumlah warga miskin ekstrem di Indonesia mencapai 3,17 juta jiwa dari total sekitar 285 juta penduduk.
"Yang miskin ekstrem itu masyarakat yang pengeluarannya di bawah Rp400 ribu per bulan," jelas Agus.
Agus menekankan bahwa keberadaan DTSEN adalah terobosan strategis dalam pemerintahan Prabowo-Gibran karena sebelumnya masing-masing kementerian dan lembaga menggunakan data yang berbeda.
"Baru sekarang ini kita memiliki data tunggal sosial ekonomi nasional," tegasnya.
Selain menargetkan kemiskinan ekstrem selesai pada 2026, Presiden Prabowo juga menargetkan angka kemiskinan secara umum turun di bawah 5 persen pada tahun 2029.
Saat ini, jumlah penduduk miskin masih berada di angka 24 juta jiwa atau sekitar 8,57 persen dari populasi nasional.
Agus Jabo menegaskan bahwa target ambisius ini tidak bisa dicapai oleh Kementerian Sosial semata.
Ia mengajak seluruh pihak, termasuk kementerian/lembaga lain hingga sektor swasta, untuk berkolaborasi dan bersinergi.
"Ini tugas yang sangat berat dan tidak bisa diemban satu kementerian saja," pungkasnya.*