BREAKING NEWS
Minggu, 07 Desember 2025

Rupiah Melemah ke Rp16.438 Usai The Fed Tahan Suku Bunga, Dolar AS Kian Perkasa

- Kamis, 31 Juli 2025 09:32 WIB
Rupiah Melemah ke Rp16.438 Usai The Fed Tahan Suku Bunga, Dolar AS Kian Perkasa
Ilustrasi. (foto: vocazine)
Berita Terkini, Eksklusif di Saluran WhatsApp bitvonline.com
+ Gabung

JAKARTA – Nilai tukar rupiah dibuka melemah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) pada perdagangan Kamis (31/7/2025), menyusul keputusan Federal Reserve (The Fed) untuk mempertahankan suku bunga acuan di level 4,25%–4,50% dalam pertemuan Federal Open Market Committee (FOMC) periode Juli 2025.

Berdasarkan data Bloomberg pukul 09.05 WIB, rupiah tercatat melemah ke posisi Rp16.438,50 per dolar AS.

Melemahnya rupiah terjadi di tengah fluktuasi nilai tukar mata uang Asia lainnya yang juga menunjukkan kinerja beragam.

Sejumlah mata uang regional turut terkoreksi terhadap dolar AS, seperti ringgit Malaysia (-0,25%), rupee India (-0,70%), peso Filipina (-0,80%), dan dolar Taiwan (-0,62%).

Di sisi lain, beberapa mata uang justru mencatatkan penguatan, di antaranya yen Jepang (+0,36%), dolar Singapura (+0,23%), won Korea (+0,06%), yuan China (+0,08%), dan baht Thailand (+0,13%).

Keputusan The Fed untuk mempertahankan suku bunga mencerminkan kehati-hatian bank sentral AS di tengah indikator ekonomi yang masih menunjukkan moderasi.

Ketua The Fed Jerome Powell menyebut pertumbuhan ekonomi AS pada kuartal II/2025 mencapai 3%, dengan rata-rata pertumbuhan semester pertama di kisaran 1,25%.

Menurut Powell, meskipun inflasi telah menurun signifikan sejak puncaknya pada pertengahan 2022, saat ini masih berada sedikit di atas target jangka panjang The Fed sebesar 2%.

"Masih terlalu dini untuk melonggarkan suku bunga. Kami terus memantau data dan memastikan kebijakan tetap konsisten dengan tujuan stabilitas harga," ujar Powell seperti dikutip dari Reuters.

Kondisi tersebut turut mendorong penguatan indeks dolar AS yang berada di jalur kenaikan bulanan pertamanya tahun ini.

Indeks dolar tercatat naik lebih dari 3% sepanjang Juli 2025, menunjukkan kepercayaan investor terhadap ketahanan ekonomi AS meskipun di tengah ketidakpastian global.

Penguatan dolar AS juga ditopang oleh perkembangan terbaru dalam kebijakan dagang Presiden Donald Trump.

AS baru-baru ini mengumumkan tarif 15% atas impor dari Korea Selatan, yang segera direspons dengan tercapainya kesepakatan perdagangan antara kedua negara.

Hal ini mendorong apresiasi won Korea Selatan sebesar 0,3% menjadi 1.389,20 per dolar.

Trump juga menyampaikan bahwa AS akan mengenakan tarif 50% terhadap barang-barang dari Brasil, serta masih menjajaki negosiasi perdagangan dengan India menjelang tenggat waktu 1 Agustus.

Di tengah ketidakpastian arah kebijakan moneter global, pelaku pasar mengurangi ekspektasi akan adanya penurunan suku bunga The Fed dalam waktu dekat.

Proyeksi saat ini hanya memperkirakan pelonggaran sekitar 35 basis poin hingga akhir 2025.

Analis strategi mata uang dari National Australia Bank, Rodrigo Catril, menyebut bahwa sikap hawkish The Fed memperkuat kepercayaan pasar terhadap dolar AS, sekaligus menekan kinerja mata uang emerging markets, termasuk rupiah.

"Sikap konsisten The Fed terhadap stabilitas inflasi meningkatkan imbal hasil dan menarik minat investor pada aset dolar," jelas Catril.*

(bi/a008)

Editor
:
0 komentar
Tags
komentar
Masuk untuk memberikan atau membalas komentar.
beritaTerbaru