MEDAN – Nilai tukar rupiah dibuka melemah pada perdagangan hari ini, Kamis (18/12/2025), ke level Rp16.705 per dolar Amerika Serikat (AS).
Berdasarkan data Bloomberg, rupiah terkoreksi 0,07% atau 11 poin dari posisi penutupan sebelumnya di Rp16.694 per dolar AS.
Sejumlah mata uang Asia juga mengalami pelemahan, meski ada yang bergerak menguat. Yen Jepang turun 0,05%, dolar Singapura melemah 0,05%, dan ringgit Malaysia turun 0,03%.
Sementara itu, rupee India naik 0,72%, peso Filipina menguat 0,19%, dan yuan China menguat 0,01%.
Pengamat Ekonomi, Mata Uang & Komoditas Ibrahim Assuaibi, memproyeksikan rupiah akan bergerak fluktuatif hari ini dengan kecenderungan melemah di kisaran Rp16.690–Rp16.720 per dolar AS.
Menurut Ibrahim, sejumlah sentimen global mendorong tekanan terhadap rupiah, antara lain kenaikan tingkat pengangguran AS ke level tertinggi empat tahun terakhir, data nonfarm payroll dan indeks manajer pembelian (PMI) Desember yang lebih lemah dari ekspektasi, serta perlambatan penjualan ritel AS untuk Oktober.
Kondisi ini menguatkan sinyal perlambatan ekonomi Negeri Paman Sam.
Selain itu, kebijakan Presiden AS Donald Trump terkait blokade kapal tanker minyak yang dikenai sanksi di Venezuela turut menjadi perhatian pasar global.
Di sisi domestik, keputusan Bank Indonesia (BI) menahan suku bunga acuan BI Rate di level 4,75% pada Rapat Dewan Gubernur Desember 2025 menjadi faktor penahan tekanan rupiah.
Keputusan ini sejalan dengan inflasi yang masih terkendali, tercatat melambat dari 2,86% pada Oktober menjadi 2,72% pada November 2025, meski masih berada di kisaran atas target BI 2,5±1%.
Ibrahim menambahkan bahwa kombinasi penurunan Fed Funds Rate di AS dan sikap BI yang mempertahankan suku bunga menjadi katalis masuknya aliran modal asing ke pasar keuangan domestik, sehingga membantu stabilisasi nilai tukar rupiah.
Rupiah yang bergerak melemah hari ini menjadi cerminan tekanan eksternal sekaligus sentimen domestik yang masih mampu menahan depresiasi lebih tajam, menurut para analis.*