BREAKING NEWS
Minggu, 10 Agustus 2025

Pakar CSIS Kritik Strategi Pertahanan Indonesia: "Pengadaan Jet Tempur Ibarat Gado-Gado"

Abyadi Siregar - Minggu, 10 Agustus 2025 13:09 WIB
Pakar CSIS Kritik Strategi Pertahanan Indonesia: "Pengadaan Jet Tempur Ibarat Gado-Gado"
Pengunjung menyaksikan kendaraan taktis militer saat pameran Indo Defence 2024 saat pembukaan pameran Indo Defence 2024 Expo and Forum di Jakarta, Selasa (11/06/2025). (foto: Reuters/Ajeng)
Berita Terkini, Eksklusif di Saluran WhatsApp bitvonline.com
+ Gabung

JAKARTA — Strategi Indonesia dalam pengadaan alat utama sistem senjata (alutsista), khususnya jet tempur, kembali menuai sorotan.

Pieter Pandie, peneliti senior dari Department of International Relations, CSIS (Centre for Strategic and International Studies) menilai pendekatan diversifikasi pemasok yang dijalankan selama ini justru berisiko menimbulkan inefisiensi dan mengaburkan arah geopolitik negara.

Dalam artikelnya di East Asia Forum, Pandie menyampaikan kritik tajam terhadap keputusan pemerintah yang membeli pesawat tempur dari berbagai negara.

Baca Juga:

Menurutnya, pola akuisisi yang terlalu beragam tersebut ibarat "gado-gado pertahanan", mengindikasikan fragmentasi strategi dan lemahnya kerangka perencanaan jangka panjang.

"Indonesia membutuhkan kerangka kerja yang transparan, yang mendefinisikan tujuan kapabilitas, penilaian ancaman, jadwal, serta anggaran. Tanpa itu, pengadaan alutsista hanya menjadi tumpukan aset tanpa arah strategis," ungkapnya.

Baca Juga:

Hingga kini, Indonesia telah mengoperasikan jet tempur dari Amerika Serikat, Rusia, Inggris, Brasil, dan tengah menantikan pengiriman Dassault Rafale dari Prancis.

Selain itu, Indonesia juga terlibat dalam kerja sama pengembangan KF-21 Boramae bersama Korea Selatan, serta dikabarkan berminat pada F-15EX dari AS, Su-35 Rusia, dan J-10 China.

Namun, Pandie mengingatkan bahwa pendekatan seperti ini menyulitkan dari segi interoperabilitas, logistik, hingga pelatihan personel.

Perbedaan teknologi, sistem persenjataan, serta prosedur perawatan dari berbagai pemasok dapat mengganggu efektivitas dan kesiapan tempur TNI.

"Masalah ini tidak hanya berbiaya tinggi tetapi juga melemahkan efektivitas dan koordinasi operasional. Tanpa standar dan struktur yang rapi, kesiapan militer sulit dicapai," ujarnya.

Selain risiko teknis, Pandie juga menyoroti dampak geopolitik dari strategi pengadaan senjata Indonesia.

Ketika satu sisi bekerja sama erat dengan negara-negara Barat seperti Prancis dan AS, namun di sisi lain juga mendekati Rusia dan China, maka Indonesia dinilai mengirimkan pesan yang membingungkan kepada mitra strategisnya.

Editor
: Abyadi Siregar
Tags
beritaTerkait
Semakin Langka dan Harga Melambung Tinggi, Pemko Medan Pastikan Tidak Ada Penimbunan Beras
Remaja asal Medan Tenggelam di Danau Toba, Ditemukan Meninggal Dunia Setelah 2 Jam Pencarian
Prabowo: "Setiap Kali Ingin Sejahterakan Rakyat, Indonesia Diganggu dan Diadu Domba"
Diduga Jadi Korban Tabrak Lari, Pria Bertato Ditemukan Meninggal Dunia di Medan Selayang
Prabowo Ingatkan TNI: Kita Adalah Anak Kandung Rakyat
Marsekal Muda (Pur) Tatang Kurniadi Ucapkan Selamat Hari Veteran Nasional: “Veteran adalah Milik Nasional”
komentar
beritaTerbaru