Meningkatnya Kasus WNI Jadi Korban Situs Judi Online di Luar Negeri, Pemerintah Berupaya Atasi

JAKARTA –Kasus pekerja migran Indonesia (PMI) yang menjadi korban situs judi online (Judol) semakin mengkhawatirkan. Tidak hanya semakin banyak WNI yang terjerat iming-iming bekerja di luar negeri dengan gaji tinggi, tetapi banyak pula yang akhirnya menjadi korban perdagangan orang (TPPO) dan dipaksa bekerja di kantor judi online ilegal di negara-negara seperti Kamboja dan Myanmar.

Wakil Menteri Perlindungan Pekerja Migran Indonesia (Wamen PMI), Dzulfikar Ahmad Tawalla, dalam keterangannya pada Kamis (21/11/2024) di Hotel Aryaduta Jakarta, mengungkapkan keprihatinan pemerintah atas maraknya kasus tersebut. Menurut Dzulfikar, banyak WNI yang terjebak dalam situs judi online ini setelah terpapar iklan pekerjaan di media sosial, yang menjanjikan gaji tinggi dan kondisi kerja yang menggiurkan.

“Paling banyak laporan itu berasal dari Kamboja dan Myanmar. Kami bersama pihak kepolisian dan Kementerian Luar Negeri sedang berupaya melakukan langkah-langkah pencegahan,” ujar Dzulfikar kepada wartawan. Dia menambahkan bahwa saat ini pihaknya sedang berfokus pada upaya pemulangan WNI yang sudah terlanjur berada di luar negeri dalam kondisi yang mengkhawatirkan.

Namun, Dzulfikar mengungkapkan adanya kendala besar dalam proses pemulangan tersebut. Sebagian besar WNI yang terjebak di situs judi online tidak memiliki dokumen yang jelas atau bahkan berangkat secara ilegal. Hal ini membuat mereka lebih rentan untuk menjadi korban eksploitasi dan perdagangan orang. Selain itu, para pekerja migran ini juga seringkali mengalami pembatasan akses komunikasi dan bahkan pemblokiran dokumen oleh pihak yang menahan mereka di luar negeri.

“Yang utama adalah yang sudah telanjur di sana bagaimana segera untuk kita pulangkan ke Indonesia,” kata Dzulfikar. Ia menambahkan bahwa informasi tentang keberadaan mereka baru bisa diketahui setelah para korban berhasil menghubungi pihak terkait dengan cara-cara yang sangat terbatas, seperti melalui pesan singkat atau komunikasi yang sangat terkontrol.

Salah satu faktor utama yang membuat para korban terjebak adalah rekrutmen yang dilakukan melalui media sosial. Banyak dari mereka yang pertama kali menemukan informasi lowongan pekerjaan ini melalui iklan di platform digital, yang menjanjikan peluang kerja di luar negeri dengan gaji yang sangat besar. Setelah itu, para calon pekerja migran ini pun dengan inisiatif pribadi berangkat ke negara-negara tujuan, tanpa mengetahui bahwa mereka akan dipaksa bekerja di situs judi online yang ilegal.

“Hampir rata-rata orang yang menjadi korban TPPO ini menemukan informasi itu dari media sosial. Lalu kemudian secara inisiatif sendiri berangkat dan lain sebagainya,” ungkap Dzulfikar. Dia menambahkan bahwa sebagian besar dari mereka tidak menyadari bahwa pekerjaan yang mereka tuju ternyata adalah bagian dari sindikat judi online yang ilegal.

Setelah sampai di negara tujuan, para pekerja migran ini sering kali terjebak dalam situasi yang sulit. Banyak dari mereka yang dibatasi aksesnya untuk berkomunikasi dengan pihak luar, termasuk keluarga dan teman-teman di Indonesia. Bahkan, dokumen pribadi mereka sering ditahan oleh pihak perekrut untuk mencegah mereka melarikan diri atau meminta bantuan.

Pemerintah Indonesia, bersama dengan instansi terkait, kini tengah berupaya keras untuk mengatasi masalah ini. Langkah-langkah pencegahan dilakukan dengan melakukan sosialisasi kepada masyarakat mengenai bahaya perekrutan ilegal melalui media sosial, serta memperketat pengawasan terhadap perusahaan yang mengirimkan tenaga kerja ke luar negeri. Pemerintah juga berkoordinasi dengan pemerintah negara-negara tujuan seperti Kamboja dan Myanmar untuk memastikan perlindungan terhadap WNI yang menjadi korban.

“Kita tahunya setelah mereka melakukan kontak dengan kita, dengan beragam cara tentunya, karena di sana itu kan ada yang dokumennya ditahan, ada yang alat komunikasinya ditahan,” tambah Dzulfikar, menjelaskan betapa sulitnya melacak dan membantu korban-korban ini.

Selain itu, pemerintah juga terus berusaha untuk memulangkan WNI yang sudah terjebak di luar negeri dan memastikan mereka tidak kembali menjadi korban sindikat judi online. Dalam beberapa kasus, pemulangan dilakukan dengan melibatkan kerjasama dengan organisasi internasional yang bergerak dalam bidang perlindungan pekerja migran dan pemberantasan perdagangan orang.

Kementerian Ketenagakerjaan (Kemnaker) dan Badan Perlindungan Pekerja Migran Indonesia (BP2MI) juga mengimbau masyarakat untuk lebih berhati-hati dalam mencari pekerjaan di luar negeri. Mereka mengingatkan agar para calon pekerja migran hanya menggunakan saluran resmi dan terdaftar saat mencari peluang kerja di luar negeri, serta menghindari tawaran pekerjaan yang terlalu bagus untuk menjadi kenyataan, seperti yang sering ditemukan di media sosial.

Dalam waktu dekat, pemerintah juga akan memperkenalkan program-program baru untuk melindungi pekerja migran yang berangkat ke luar negeri, dengan memberikan pelatihan dan informasi yang lebih lengkap mengenai hak-hak mereka, serta cara untuk menghindari jebakan sindikat atau pekerjaan ilegal.

Kasus ini semakin menunjukkan bahwa meskipun jumlah korban yang terjebak dalam situs judi online terus meningkat, namun langkah-langkah preventif dan kesadaran yang lebih tinggi di kalangan masyarakat menjadi kunci utama untuk menghentikan peredaran praktik-praktik ilegal yang membahayakan keselamatan dan kesejahteraan pekerja migran Indonesia.(N/014)