VATIKAN – Asap hitam kembali mengepul dari cerobong Kapel Sistina pada Kamis (8/5/2025), menandakan bahwa Gereja Katolik belum berhasil memilih pemimpin baru setelah dua putaran pemungutan suara pada hari kedua konklaf.
Momen tersebut disaksikan langsung oleh ribuan umat Katolik dan wisatawan yang memadati Lapangan Santo Petrus dengan penuh harap dan doa.
Isyarat simbolis berupa asap hitam ini menunjukkan bahwa belum ada satu pun dari 133 kardinal elektor yang berhasil memperoleh dukungan dua pertiga suara—yakni 89 suara—untuk terpilih sebagai Paus ke-267, menggantikan mendiang Paus Fransiskus yang wafat pada 21 April 2025 di usia 88 tahun.
Meski belum membuahkan hasil, suasana harapan masih terasa di kalangan umat. "Lakukanlah apa pun yang perlu untuk membuat keputusan tepat," ujar Barbara Mason (50), seorang umat Katolik asal Kanada, kepada kantor berita AFP.
Ia berharap paus terpilih kelak akan melanjutkan komitmen Paus Fransiskus dalam memperjuangkan isu-isu progresif, seperti perubahan iklim dan hak migran.
Konklaf 2025 secara resmi dimulai pada Rabu malam (7/5), ditandai dengan masuknya para kardinal ke Kapel Sistina untuk mengikuti proses pemungutan suara tertutup.
Sebelum itu, mereka mengikuti misa pribadi sebagai bentuk permohonan petunjuk ilahi. Dalam prosesnya, setiap kardinal menuliskan nama calon paus pilihannya di selembar kertas suara dan memasukkannya ke dalam guci perak di altar.
Surat suara kemudian dihitung dan dibakar dalam tungku besi cor bersejarah yang telah digunakan sejak tahun 1939. Bahan kimia khusus ditambahkan untuk menghasilkan asap berwarna hitam jika belum ada paus terpilih, dan putih jika suara mayoritas berhasil dicapai.
Selama proses konklaf, seluruh peserta tinggal di Wisma Santa Marta di dalam wilayah Vatikan dan terikat sumpah kerahasiaan yang sangat ketat. Pelanggaran terhadap sumpah ini bisa dikenai sanksi ekskomunikasi.