papua - Direktur Penyakit Menular Kementerian Kesehatan (Kemenkes RI), Ina Agustina Isturinin, mengungkapkan bahwa upaya eliminasi malaria di Indonesia masih menghadapi tantangan besar.
Dalam Malaria Summit Asia Pasifik 2025, Kamis (12/6/2025), Ina menyebut terdapat empat kendala utama yang membuat penyakit ini sulit diberantas, terutama di wilayah-wilayah endemis tinggi seperti Papua.
1. Tingginya Konsentrasi Kasus di Papua
Lebih dari 90% kasus malaria nasional tercatat di Papua. Menurut Ina, sistem deteksi di wilayah tersebut masih lemah. Sepanjang 2024, hanya 54% dari estimasi kasus yang berhasil ditemukan.
"Ini memang membaik dibandingkan tahun-tahun sebelumnya yang bahkan di bawah 40%, namun tetap belum cukup," jelasnya.
2. Populasi Berpindah Sulit Diawasi
Mobile Migrant Population (MMP) seperti pekerja hutan, buruh perkebunan, suku anak dalam, dan pengungsi menjadi tantangan kedua. Kelompok ini sering berpindah di wilayah rawan malaria, sehingga menyulitkan pengawasan, pengobatan, dan pelacakan kasus.
"Dari 500.000 kasus pada 2024, sekitar 100.000 ditemukan pada kelompok MMP," ujar Ina.
3. Kejadian Luar Biasa (KLB) di Wilayah Bebas
Kasus malaria dapat muncul kembali di daerah yang telah mendapat sertifikasi bebas, seperti yang terjadi di Rokan Hilir pada 2024. Hal ini menunjukkan bahwa status eliminasi tidak menjamin wilayah terbebas selamanya.