BREAKING NEWS
Rabu, 23 Juli 2025

Gunakan AI untuk Cek Penyakit? Kemenkes: Tetap Harus ke Dokter!

Justin Nova - Rabu, 23 Juli 2025 14:37 WIB
39 view
Gunakan AI untuk Cek Penyakit? Kemenkes: Tetap Harus ke Dokter!
ilustrasi chatgpt (foto : radar jabar)
Berita Terkini, Eksklusif di Saluran WhatsApp bitvonline.com
+ Gabung

JAKARTA - Maraknya penggunaan kecerdasan buatan (AI) seperti ChatGPT untuk mendiagnosis penyakit secara mandiri mulai mengkhawatirkan sejumlah pihak.

Banyak orang kini mengandalkan teknologi ini untuk mengecek gejala kesehatan tanpa berkonsultasi lebih lanjut ke dokter. Padahal, hal tersebut berpotensi menimbulkan dampak serius, bahkan fatal, jika informasi yang diperoleh tidak akurat.

Direktur Utama RSJPD Harapan Kita (Pusat Jantung Nasional Harapan Kita), Dr dr Iwan Dakota, SpJP(K), MARS, mengingatkan bahwa pemanfaatan AI dalam dunia kesehatan harus disikapi secara hati-hati, terutama di Indonesia yang memiliki karakteristik populasi dan penyakit berbeda dengan negara lain.

"Jadi tetap kita menganggap ChatGPT ataupun AI apapun juga hanya merupakan tools, tapi yang decision making-nya adalah dokter," tegasnya saat ditemui di Jakarta Selatan, Rabu (23/7/2025).

Salah satu tantangan utama, menurut dr Iwan, adalah potensi bias algoritma. Jika AI dilatih menggunakan data dari populasi luar negeri, khususnya Kaukasia, maka hasil yang diberikan bisa tak sesuai dengan konteks kesehatan masyarakat Indonesia.

Risiko lainnya adalah salah interpretasi yang dapat menyebabkan keterlambatan diagnosis.

"Tiba-tiba dikatakan Anda normal saja, dia akan neglect it, datang ke dokter sudah stadium berat yang tidak bisa diobati. Miss-interpretasi itu akan membahayakan sekali," jelas dr Iwan.

Ia menegaskan bahwa AI seharusnya menjadi mitra dalam mendukung diagnosis dan pengobatan, bukan menggantikan peran dokter.

Senada, Staf Ahli Teknologi Kesehatan Kemenkes RI, Setiaji, menambahkan bahwa banyak data pelatihan ChatGPT tidak berasal dari Indonesia, sehingga hasil yang diberikan bisa tidak sesuai dengan kondisi lokal.

"Ya, pertama tadi kan bahwa ChatGPT ini datanya tidak ada di Indonesia. Jadi, kita harus aware," kata Setiaji.

Kemenkes RI mendorong masyarakat untuk tetap berkonsultasi dengan tenaga medis profesional untuk memastikan diagnosis dan penanganan penyakit dilakukan secara tepat dan aman.*

(d/j006)

Editor
: Justin Nova
Tags
komentar
beritaTerbaru