BREAKING NEWS
Selasa, 09 September 2025

Gunakan AI untuk Cek Penyakit? Kemenkes: Tetap Harus ke Dokter!

Justin Nova - Rabu, 23 Juli 2025 14:37 WIB
Gunakan AI untuk Cek Penyakit? Kemenkes: Tetap Harus ke Dokter!
ilustrasi chatgpt (foto : radar jabar)
Berita Terkini, Eksklusif di Saluran WhatsApp bitvonline.com
+ Gabung

JAKARTA - Maraknya penggunaan kecerdasan buatan (AI) seperti ChatGPT untuk mendiagnosis penyakit secara mandiri mulai mengkhawatirkan sejumlah pihak.

Banyak orang kini mengandalkan teknologi ini untuk mengecek gejala kesehatan tanpa berkonsultasi lebih lanjut ke dokter. Padahal, hal tersebut berpotensi menimbulkan dampak serius, bahkan fatal, jika informasi yang diperoleh tidak akurat.

Direktur Utama RSJPD Harapan Kita (Pusat Jantung Nasional Harapan Kita), Dr dr Iwan Dakota, SpJP(K), MARS, mengingatkan bahwa pemanfaatan AI dalam dunia kesehatan harus disikapi secara hati-hati, terutama di Indonesia yang memiliki karakteristik populasi dan penyakit berbeda dengan negara lain.

Baca Juga:

"Jadi tetap kita menganggap ChatGPT ataupun AI apapun juga hanya merupakan tools, tapi yang decision making-nya adalah dokter," tegasnya saat ditemui di Jakarta Selatan, Rabu (23/7/2025).

Salah satu tantangan utama, menurut dr Iwan, adalah potensi bias algoritma. Jika AI dilatih menggunakan data dari populasi luar negeri, khususnya Kaukasia, maka hasil yang diberikan bisa tak sesuai dengan konteks kesehatan masyarakat Indonesia.

Baca Juga:

Risiko lainnya adalah salah interpretasi yang dapat menyebabkan keterlambatan diagnosis.

"Tiba-tiba dikatakan Anda normal saja, dia akan neglect it, datang ke dokter sudah stadium berat yang tidak bisa diobati. Miss-interpretasi itu akan membahayakan sekali," jelas dr Iwan.

Ia menegaskan bahwa AI seharusnya menjadi mitra dalam mendukung diagnosis dan pengobatan, bukan menggantikan peran dokter.

Senada, Staf Ahli Teknologi Kesehatan Kemenkes RI, Setiaji, menambahkan bahwa banyak data pelatihan ChatGPT tidak berasal dari Indonesia, sehingga hasil yang diberikan bisa tidak sesuai dengan kondisi lokal.

"Ya, pertama tadi kan bahwa ChatGPT ini datanya tidak ada di Indonesia. Jadi, kita harus aware," kata Setiaji.

Kemenkes RI mendorong masyarakat untuk tetap berkonsultasi dengan tenaga medis profesional untuk memastikan diagnosis dan penanganan penyakit dilakukan secara tepat dan aman.*

(d/j006)

Editor
: Justin Nova
0 komentar
Tags
beritaTerkait
Presiden Targetkan 500 Rumah Sakit Berkualitas Dibangun dalam Empat Tahun
Sering Gunakan ChatGPT? Ternyata Ini Sumber Utama Jawabannya
Ancam Nyawa 2 Orang Setiap 5 Menit, Bobby Nasution Teken Komitmen Percepatan Eliminasi TBC Bersama Tujuh Gubernur Lainnya
Kemenkes Respons Isu dr. Piprim Tak Bisa Layani Pasien BPJS di RSCM
Kemenkes RI Serahkan Sertifikat Eliminasi Kusta, Filariasis, dan Frambusia kepada Kabupaten Tapanuli Selatan
Cegah Diabetes, Kemenkes Siapkan Label Gula dan Kalori dengan Sistem Warna Merah-Kuning-Hijau
komentar
Masuk untuk memberikan atau membalas komentar.
beritaTerbaru