JAKARTA – Komunitas Jaga Ginjal Indonesia (JGI) berkolaborasi dengan Vantive, Prodia, Essity, Etana, dan Fresenius menggelar seminar kesehatan bertema "Encapsulating Peritoneal Sclerosis (EPS): Kenali, Cegah, dan Atasi" pada Sabtu (20/9/2025).
Acara berlangsung di Auditorium Prodia Tower, Jakarta Pusat, dan dihadiri pasien dialisis serta keluarga secara gratis.Seminar menghadirkan Brigjend. dr. Jonny, Sp.PD-KGH, M.Kes, MM, FINASIM, dokter kepresidenan sekaligus spesialis ginjal di RSPAD Gatot Soebroto, sebagai narasumber utama.
Selain itu, Fakhril Akmal dari Prodia turut memberikan materi dengan moderator Astrid Audrey, seorang pasien hemodialisis.Dalam paparannya, dr. Jonny menjelaskan bahwa Encapsulating Peritoneal Sclerosis (EPS) merupakan komplikasi serius yang dapat terjadi pada pasien dialisis peritoneal.
Kondisi ini ditandai peradangan dan fibrosis di rongga perut sehingga usus dapat terbungkus jaringan parut, mengganggu fungsi pencernaan hingga berpotensi menyebabkan sumbatan."Pasien terapi CAPD memang memiliki potensi mengalami EPS. Namun dengan melaksanakan SOP CAPD secara benar dan penggunaan cairan dialisis berkadar gula rendah, risiko EPS dapat dicegah," jelas dr. Jonny.
EPS biasanya muncul pada pasien yang menjalani dialisis peritoneal lebih dari lima tahun. Gejalanya bervariasi, mulai dari nyeri perut, mual, muntah, hingga penurunan berat badan signifikan.
Dalam kondisi parah, EPS bisa menimbulkan penyumbatan usus dan membutuhkan penanganan khusus dengan obat-obatan seperti kortikosteroid maupun tamoksifen, serta penyesuaian larutan dialisis.Ketua Umum JGI, Everino Pieter Therik, menegaskan pentingnya edukasi bagi pasien CAPD mengenai EPS.
"Pasien harus tahu apa itu EPS, gejalanya, dan bagaimana cara mencegah maupun mengatasinya. Karena itu, seminar ini digelar sebagai upaya preventif agar pasien lebih siap dan terlindungi dari risiko komplikasi serius ini," ujarnya.
Everino juga mengungkapkan bahwa kasus EPS kini menunjukkan tren peningkatan seiring bertambahnya jumlah pasien CAPD yang telah menjalani terapi lebih dari lima tahun."Pencegahan dan deteksi dini menjadi kunci utama," tambahnya.
Melalui seminar ini, Jaga Ginjal Indonesia berharap pasien dan keluarga semakin waspada, mengenali tanda-tanda EPS lebih awal, serta menerapkan langkah pencegahan yang tepat agar kualitas hidup penderita gagal ginjal tetap terjaga.*