SEOUL – Kerumunan besar yang terdiri dari sekitar 200.000 orang berkumpul di luar gedung parlemen Korea Selatan pada Sabtu (14/12/2024), merayakan keputusan penting setelah Parlemen Korea Selatan mengadakan pemungutan suara untuk memakzulkan Presiden Yoon Suk Yeol. Pemungutan suara yang berlangsung tersebut menghasilkan suara 204 berbanding 85, dengan dorongan kuat dari massa yang menuntut pemecatan Presiden Yoon atas tuduhan “pemberontakan”.
Sementara itu, suasana di luar gedung parlemen begitu meriah, dengan alunan lagu-lagu K-Pop yang menggema dan sorak-sorai kegembiraan dari ribuan demonstran. Suasana yang hampir menyerupai konser itu diwarnai dengan aksi pengunjuk rasa yang menari dan melompat mengikuti musik, sambil melambaikan tongkat cahaya mereka. Beberapa di antara mereka tak mampu menyembunyikan rasa haru, ketika pengumuman pemecatan tersebut secara resmi diumumkan.
“Saya sangat bahagia hingga sulit diungkapkan dengan kata-kata,” kata Yeo So-yeon (31), seorang pengunjuk rasa yang hadir pada momen bersejarah tersebut. “Jika malam ini tidak terjadi, saya berencana untuk datang setiap minggu. Sungguh berarti bisa hadir di momen yang menggembirakan ini,” lanjutnya.Pengunjuk rasa menyanyikan lagu “Into the New World,” sebuah lagu K-Pop yang telah menjadi simbol protes di Korea Selatan. Ketika pemecatan diumumkan secara resmi, kerumunan langsung menangis haru. “Kita adalah pemilik sejati negara ini,” kata Seong Jeong-lim (42), salah seorang pengunjuk rasa yang tak bisa menahan tangis.
Selain menyaksikan pemungutan suara di depan Majelis Nasional, ribuan orang juga membawa anak-anak kecil mereka untuk menjadi bagian dari sejarah tersebut. Para ibu yang hadir juga menyiapkan tenda hangat dan tempat mengganti popok untuk anak-anak mereka, menambahkan suasana kekeluargaan di tengah-tengah gelombang protes. “Saya ingin memberi mereka masa depan yang lebih baik, seperti yang diinginkan orang tua lainnya,” ungkap Kim Ji-woo, seorang ibu yang membawa anak kembarnya yang berusia 18 bulan.Aksi tersebut juga mencerminkan semangat solidaritas warga Korea Selatan. “Saya seharusnya pergi mendaki hari ini, seperti yang saya lakukan setiap akhir pekan. Tetapi saya datang ke sini untuk mendukung sesama warga negara saya,” ujar Kim Deuk-yun (58), yang memegang bendera bertuliskan “National Weekend Climbers Association.”
(JOHANSIRAIT)