BREAKING NEWS
Senin, 21 Juli 2025

Miris! Media Asing Soroti Sulitnya Anak Muda Indonesia Dapat Kerja Layak: Lulusan Hukum Jadi Teknisi Nikahan

Justin Nova - Sabtu, 19 Juli 2025 19:04 WIB
69 view
Miris! Media Asing Soroti Sulitnya Anak Muda Indonesia Dapat Kerja Layak: Lulusan Hukum Jadi Teknisi Nikahan
ilustrasi pelamar kerja (foto: viva)
Berita Terkini, Eksklusif di Saluran WhatsApp bitvonline.com
+ Gabung

JAKARTA - Isu pengangguran pemuda di Indonesia kembali menjadi sorotan dunia. Kali ini, media internasional Al Jazeera menyoroti fakta bahwa anak-anak muda Indonesia, khususnya dari kalangan Gen Z, menghadapi tantangan besar dalam mencari pekerjaan yang layak.

Disebutkan bahwa sekitar 16% dari 44 juta Gen Z di Indonesia menganggur. Ini menjadikan Indonesia sebagai salah satu negara dengan tingkat pengangguran pemuda tertinggi di Asia, bahkan lebih tinggi dari negara tetangga seperti Thailand dan Vietnam.

Pekerjaan Layak Masih Jadi Mimpi

Laporan itu mengangkat kisah Andreas Hutapea, lulusan sarjana hukum asal Sumatera Utara, yang hingga kini belum juga mendapatkan pekerjaan tetap.

Gagal menjadi PNS, jaksa, dan bahkan tentara, Andreas kini membantu orang tuanya menjaga toko kelontong sembari bekerja paruh waktu sebagai teknisi sound system untuk pesta pernikahan.

"Aku nggak mau jadi beban buat orang tuaku, yang sudah bayar semua biaya kuliahku. Tapi lihat aku sekarang," ujar Andreas.

Kisah Andreas menjadi gambaran nyata tentang betapa sulitnya anak muda Indonesia memulai karier profesional, meski memiliki gelar sarjana.

Optimisme Rendah dan Ketimpangan Semakin Tajam

Survei yang dirilis oleh ISEAS–Yusof Ishak Institute menunjukkan bahwa hanya 58% anak muda Indonesia optimis terhadap arah ekonomi pemerintah, jauh di bawah rata-rata regional sebesar 75%.

Menurut Adinova Fauri, ekonom dari CSIS, regulasi ketenagakerjaan yang kaku dan upah rendah menyebabkan banyak pemuda enggan masuk ke dunia kerja. Banyak juga yang akhirnya terpaksa masuk ke sektor informal tanpa perlindungan sosial.

"Banyak yang memilih tidak bekerja daripada menerima gaji jauh di bawah ekspektasi," ujarnya.

Data dari BPS tahun 2024 mencatat bahwa 56% tenaga kerja Indonesia berada di sektor informal, memperkuat gambaran bahwa lapangan kerja yang layak dan formal masih terbatas.

Minimnya Pelatihan dan Kesenjangan Wilayah

Menurut Deniey Adi Purwanto, dosen ekonomi dari IPB, Indonesia tertinggal dalam pelatihan vokasi dan program magang dibandingkan negara tetangga seperti Malaysia dan Vietnam. Ketimpangan antarwilayah juga memperparah masalah, terutama bagi pemuda di luar Jawa.

"Lulusan kita banyak, tapi yang terserap sedikit. Akhirnya jadi pengangguran terdidik," kata Deniey.

Protes Mahasiswa dan Gerakan 'Indonesia Gelap'

Keresahan anak muda atas kondisi ini memuncak pada Februari lalu melalui gerakan Indonesia Gelap, yang memprotes rencana pemangkasan anggaran layanan publik oleh pemerintah. Gerakan ini menjadi simbol kekecewaan terhadap minimnya perhatian negara terhadap masa depan generasi muda.*

(d/j006)

Editor
: Justin Nova
Tags
komentar
beritaTerbaru